REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Lebih dari 250 ribu jamaah berkumpul di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur untuk sholat Jumat keempat di bulan suci Ramadhan di tengah pengawasan Israel.
Dilansir di New Arab, Jumat (14/4/2023), warga Palestina harus berbaris di pos pemeriksaan militer pada dini hari untuk menyeberang dari Tepi Barat yang diduduki Israel ke Yerusalem.
Polisi Israel mengatakan lebih dari 2.000 petugas polisi dikerahkan di Yerusalem pada Jumat. Saat itu, umat Islam berbondong-bondong ke Al-Aqsa. Begitu pun penganut Kristen Ortodoks yang mengadakan prosesi Jumat Agung di gang-gang sempit Kota Tua dan jamaah Yahudi berdoa di Tembok Barat.
Pemerintah Yordania yang mengelola situs itu mengatakan sekitar seperempat juta jamaah menghadiri shalat di Al-Aqsa.
"Tidak ada ruang untuk kompromi di Al-Aqsa atau ruang untuk negosiasi di sekitarnya dan kami tidak akan menyerahkan sedikit pun tanahnya," kata Mufti Yerusalem Muhammad Hussein pada khutbah Jumat, setelah mengungkapkan penghargaan atas banyaknya jamaah umat muslim sepanjang bulan suci.
Al-Araby Al-Jadeed melaporkan ada 3.000 petugas di Kota Tua, sementara tentara dan polisi perbatasan memperkuat penempatan mereka di sepanjang tembok. Setidaknya lima warga Palestina ditangkap karena berusaha memanjat penghalang.
Masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam, telah mengalami beberapa serangan oleh pasukan dan pemukim Israel sejak Ramadhan dimulai pada 23 Maret 2023. Dalam penggerebekan yang sangat brutal pada 4 April 2023, ratusan jamaah terluka atau ditangkap oleh polisi Israel. Serangan itu memicu serangan roket dari Jalur Gaza yang terkepung, Libanon selatan dan Suriah yang menarik serangan udara dan artileri Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan awal pekan ini bahwa non-Muslim tidak akan dapat mengunjungi situs tersebut sampai akhir Ramadhan diperkirakan sekitar 20 April. Israel menganeksasi Yerusalem Timur setelah perang Timur Tengah 1967 dalam tindakan yang tidak diakui secara internasional.