Kamis 13 Apr 2023 23:56 WIB

Di Forum Agama Dunia, Kiai Marsudi Tawarkan Pancasila-Bhineka Tunggal Ika sebagai Solusi

Kiai Marsudi memperkenalkan kondisi kerukunan di Indonesia kepada dunia

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud, dalam acara Global Peace Leadership Conference Indo-Pacific 2023, di Hotel Le Meridien di New Delhi, India yang berlangsung dari 11 sampai 13 April 2023.
Foto: Dok Istimewa
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud, dalam acara Global Peace Leadership Conference Indo-Pacific 2023, di Hotel Le Meridien di New Delhi, India yang berlangsung dari 11 sampai 13 April 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud, promosikan spirit Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai inspirasi untuk menyelesaikan konflik-konflik dunia yang seolah tiada ujungnya.

Hal itu disampaikan Kiai Marsudi dalam acara Global Peace Leadership Conference Indo-Pacific 2023, di Hotel Le Meridien di New Delhi, India yang berlangsung dari 11 sampai 13 April 2023. 

Baca Juga

Tema yang diangkat pada konferensi perdamaian tersebut adalah, "Vasudhaiva Katumbakam" berasal dari penggalan bahasa Sansekerta terkenal yang secara harfiah berarti, "Manusia Adalah Satu Keluarga".

Dalam kesempatan tersebut, Kiai Marsudi menuturkan di antara penyelesaian perang dan konflik berkepanjangan yang dapat diperjuangkan adalah dengan mengamalkan nilai universal dari ajaran agama dan nilai-nilai luhur budaya, tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.

Jika India memiliki slogan "Vasudhaiva Katumbakam", maka Indonesia memiliki Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat dijadikan inspirasi untuk menyelesaikan konflik.

"Nilai-nilai luhur yang kita amalkan di Indonesia ini sangat relevan dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia," jelas Kiai Marsudi dalam pidatonya, yang dikutip Republika.co.id dari situs resmi MUIDigital, Kamis (13/4/2023). 

Kiai Marsudi juga menjelaskan bahwa Bhinneka Tunggal Ika sejatinya telah dipraktikkan Nabi Muhammad SAW. ketika di Madinah yang kala itu tidak hanya dihuni masyarakat beragama Islam, namun juga dihuni masyarakat Yahudi dan Majusi. Semuanya dapat bersatu dan bersepakat pada "Piagam Madinah" sebagai tonggak peradaban.

Baca juga: 6 Fakta Seputar Saddam Hussein yang Jarang Diketahui, Salah Satunya Anti Israel  

Dengan semangat "Bhinneka Tunggal Ika" Kita dapat mempersatukan lebih dari 700 bahasa daerah menjadi satu bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, menyatukan 1.340 suku bangsa menjadi satu bangsa, yaitu Bangsa Indonesia, mempersatukan pemeluk agama yang berbeda di Indonesia yang terdiri dari Muslim 86,70 persen, Kristen 10,72 persen (Protestan 7,60 persen, Katholik 3,12 persen) Hindu 1,74 persen, Budha 0,77 persen Khonghucu 0,03 persen,” Ungkapnya menjelaskan

Pada bagian akhir, Kiai Marsudi Syuhud, menutup pidatonya di forum perdamaian dunia tersebut dengan doa:

اَللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَاِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَاَدْخِلْنَا اْلجَنَّةَ دَارَالسَّلاَمِ 

“Ya Allah, Engkau yang memiliki kedamaian dan dari Engkau  kedamaian dan kepada Engkau aku mengharapkan kedamaian, maka hidupkan aku dalam keadaan yang damai dan masukkanlah aku pada surga yaitu rumah kedamaian.."  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement