REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rusdian Lubis, Penulis Buku.
ari ibukota Amman, sekitar satu setengah jam, saya menuju kota-kota As Sarqa dan Mafraq diutara kemudian berbelok ke kanan kearah kota kecil As Safawi di sebelah timur laut. Kota di tengah gurun itu diapit Saudi Arabia dan Suriah.
Dulu kawasan ini banyak caravanseray atau rest area bagi kafilah dagang yang lalu lalang antara Makkah dan Syam atau Suriah. Termasuk kafilah yang diikuti Muhammad muda 1400 tahun yang lalu.
Sekitar 30 menit, mobil terlonjak lonjak melewati daerah yang “batunya bertanah-tanah” lantaran lebih banyak batu dibandingkan tanah.
Di gurun ini, sejauh mata memandang hanya tampak hamparan batu batu basalt tajam hitam dan pasir kekuningan.
Sekali sekali ada kawanan domba merumput dan makan semak semak liar. Guide kami bilang rumput liar dan semak semak itu memberi aroma yang khas pada daging domba gurun As Safawi, dari otak, jeroan ke ujung kaki.
Saya teringat sop kaki kambing Sukamampir di Pasar Minggu.