Selasa 04 Apr 2023 16:54 WIB

Kebiasaan Habibie di Larut Malam: Tahlilan untuk Ibunda, Ainun Tercinta, dan Pak Harto

Habibie dikenal sebagai sosok negarawan yang Islami

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Saat berkunjung ke Gedung Sate tahun 2012, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie memperlihatkan kion emas miliknya yang dianugerahkan dunia sebagai ilmuwan tingkat dunia.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Saat berkunjung ke Gedung Sate tahun 2012, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie memperlihatkan kion emas miliknya yang dianugerahkan dunia sebagai ilmuwan tingkat dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sosok almarhum Habibie adalah sosok yang bersahaja dan islami. Republika.co.id pada  14 Ramadhan 2019 M/1437 H lalu, mengunjungi kediaman guru bangsa Bacharuddin Jusuf Habibie di bilangan Patra Kuningan, Jakarta Selatan. Berikut hasil reportasenya:  

Kami menunggu sejenak di perpustakaan pribadi BJ Habibie. Berselang beberapa saat, sosok yang kami tunggu datang dengan langkah bersemangat. Gerak geriknya tak menampakkan seseorang yang berusia 80 tahun. Meski gurat wajah jelas tergambar dari lelaki kelahiran Pare-Pare itu. 

Baca Juga

Siang itu Habibie mengenakan setelan koko putih dengan sorban melingkar di lehernya. Peci hitam dan kacamata setia menemani. Penampilan muda justru terlihat di setelan bawahan. Celana jeans, sepatu kets New Balance dipermanis dengan kaus kaki Adidas. 

Di pergelangan tangan kanannya melingkar sebuah smartwatch hitam. Bukan untuk mengikuti tren. Jam pintar itu digunakan Habibie untuk mengukur denyut jantung, tekanan darah, termasuk jarak langkah yang ia tempuh setiap hari.

Kesehatan Habibie memang terus dipantau. Ia sempat drop dan dirawat di RSPAD beberapa waktu lalu. Namun, kini kondisinya segar bugar. Bahkan ia masih rutin berenang satu jam setiap hari di usianya yang menginjak kepala delapan. Sesekali, ia jalan cepat di areal rumahnya. "Panggil saya Eyang, Ilham juga panggil begitu," ungkapnya.

Ramadhan tahun ini Habibie juga tetap berpuasa. Saat ditanya soal kebiasaan puasa dulu dan sekarang, Habibie menghela nafas dan menerawang. "Saya seperti Anda semua, bedanya kini sahur sendiri," tutur Habibie. Ia menghitung persis berapa lama ia ditinggal wafat sang istri tercinta, Asri Ainun Habibie. "Enam tahun 27 hari," ungkapnya mengenang.

Ia bersyukur masih dianugerahi kekuatan untuk menjalani ibadah-ibadah pada bulan suci Ramadhan. Setelah makan sahur, sambil menunggu waktu masuk Subuh, ia membaca Alquran.

Baca juga: Pujian Rakyat Negara Arab untuk Indonesia Terkait Piala Dunia U-20, Terhormat!

Menjelang buka, biasanya ia hanya ditemani beberapa asistennya. Semua asistennya lelaki. Habibie berujar, seumur hidup ia hanya punya satu asisten perempuan saat di Jerman. Itupun 30 tahun lebih tua darinya saat itu. Ia mengaku, pilihan memilih asisten lelaki untuk menghargai perasaan istrinya. "Jangan bermain api," ungkapnya.

Sesekali Habibie juga bertemu kolega dalam tajuk buka bersama. Seperti pada Rabu (15/6), ia menggelar buka puasa bersama Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) di kediamannya. Habibie yang mendirikan ICMI kini didaulat sebagai Ketua Dewan Kehormatan.

Sejumlah tokoh hari itu menjadi tamu Habibie. Ketua Umum ICMI Prof Jimly Asshiddiqie, Sekjen ICMI Jafar Hafsah, pakar Alquran Prof Quraish Shihab, sejarawan senior Taufik Abdullah, sampai Politikus Senior Partai Golkar Akbar Tandjung tampak dalam deretan tamu.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement