REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia Muslim kembali digemparkan oleh aksi pembakaran Alquran di Denmark pada Jumat (27/3/2023) kemarin. Aksi tersebut tentu saja mendapatkan sorotan dan kecaman, terutama dari negara-negara mayoritas Muslim.
Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad menuturkan wajar jika umat Muslim marah saat kitab sucinya dibakar. Namun demikian, Dadang menyarankan agar tidak bersikap berlebihan karena khawatir emosi umat Islam justru akan dimanfaatkan.
“Ya wajar marah (Alquran dibakar), tapi yang diharapkan oleh mereka adalah umat marah supaya mereka tambah populer,” kata Dadang kepada Republika.co.id, Selasa (28/3/2023).
“Kalau saya ya dibiarkan saja. Itu tuntunan dalam Alquran surat Al Furqon ayat 63,” kata Dadang.
وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا
“Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam,”
Tercermin salam surat tersebut agar setiap orang yang berjalan di atas bumi untuk tidak sombong baik dalam sikap maupun tindakan. Kemudian bila ada orang-orang yang menghina dan bersikap kasar untuk tidak membalasnya dengan hal serupa. Justru tetap sopan, rendah hati dan mendoakan keselamatan.
Sebagaimana juga yang diajarkan oleh Rasulullah SAW ketika beliau dihina, dicaci bahkan diludahi, Rasulullah tidak pernah membalasnya. Semakin Rasul dikasari, beliau semakin berlapang dada, santun, arif, dan bijaksana.
Menurut Dadang, ada tiga motif bagi orang yang menghina agama. Pertama, karena kebencian, kedua karena politis dan ketiga karena konten media agar viral dan menghasilkan cuan.
Dan pembakaran Alquran itu, kata Dadang, dilakukan karena kebencian yang timbul karena kesalahpahaman terhadap ajaran agama. Karena di negara-negara barat, lanjut Dadang, Islam kerap kali dicap negatif.
“Mereka tidak mengerti ajaran Islam, karena media (di Barat) memberitakan negatif tentang umat Islam sehingga menimbulkan kebencian dari non Muslim,” jelasnya.
Kemudian alasan politis juga sangat memungkinkan, agar dia menjadi populer dan lalu terpilih dalam pemilu. Termasuk alasan ketiga, komersial.