Rabu 15 Mar 2023 19:02 WIB

Halaqoh Nasional Bahas Teladan Kiai Hasyim Muzadi dalam Beragama dan Bernegara

Agama dan negara bisa bersinergi satu sama lain.

pembukaan Halaqoh Nasional di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Depok pada Rabu, (15/3).
Foto: istimewa
pembukaan Halaqoh Nasional di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Depok pada Rabu, (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Moderasi beragama menjadi hal yang aktif dipromosikan dan terus diupayakan guna membentuk cara pandang masyarakat yang moderat. Mengingat terus adanya ekstremisme, radikalisme, dan tak terbendungnya ujaran kebencian menjadi salah satu ancaman laten yang tidak boleh luput menjadi perhatian.  

"Selalu mengakui, menghormati, dan mampu bekerjasama merupakan ciri dari masyarakat yang religius." tutur Ketua Wantimpres, Jenderal (Purn) Wiranto saat pembukaan Halaqoh Nasional di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Depok pada Rabu, (15/3).

Baca Juga

Indonesia dengan Pancasila turut menyuguhkan keistimewaan, "Ada rajutan antara sila satu tentang ketuhanan dan pengakuan terhadap agama lain dengan sila ketiga yaitu persatuan Indonesia" kata Wiranto dalam sambutan pembukaan Halaqoh Nasional di hadapan para santri dan jamaah. Hal tersebut juga selaras dengan apa yang disampaikan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Dr Waryono, bahwa spirit anak pesantren yang pertama yaitu komitmen terhadap kesatuan Republik Indonesia.

Dr Waryono juga menyampaikan, "Perlu dibangunnya ukhuwah wathaniyyah dan ruuhul mahad yang menjadi jati diri pesantren sejak didirikan oleh para ulama dari dulu hingga sekarang. Pesantren yang tidak punya komitmen kepada kemanusiaan dan kenegaraan, itu merupakan penyimpangan dari kultur pesantren yang telah digagas oleh para kiai terdahulu." tuturnya dalam acara yang bekerjasama dengan Kementerian Agama ini. 

Dengan menggusung tema 'Moderasi Beragama di Kalangan Pendidik, Dai, dan Santri', membuat kegiatan Haul Kiai Hasyim Muzadi yang ke-6 mendapat banyak apresiasi dari narasumber. “Tepat sekali menjelang pemilu kita berbicara moderasi beragama, sehingga pemikiran kita akan tersebar dan dapat ‘mendinginkan’ suasana sehingga ‘tidak mendidih’,” kata Wiranto di serambi Masjid Kubah 9 itu. 

“Alhamdulillah bahwa suasana panas itu hanya sementara, setelah pemilu dingin kembali dan utuh kembali. Penyebab utamanya, karena syahwat politik atau syahwat untuk menang, sehingga menghilangkan perasaan kita sebagai bangsa." katanya dengan serius. Ia juga menjelaskan bahwa kekuatan agama dengan konsep moderasi bergama menjadi salah satu yang menbuat negeri ini utuh. "Yang sama jangan dibedakan, yang beda jangan disamakan." tutupnya. 

Di tengah pembahasan tentang moderasi beragama Wiranto juga turut menyampaikan kedekatan hubungan emosional dengan sosok pendiri Pesantren Al Hikam Depok tersebut. "Saya sangat bersyukur apa yang banyak diceritakan oleh beliau satu per satu terwujud." katanya sebelum membuka acara secara simbolis.

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam, M. Yusron Sidqi, dalam sambutannya juga menceritakan, "Sebelum abah wafat beban pikirannya adalah agama dan negara. Tentang bagaimana keislaman di Indonesia dan nasib negara Indonesia sendiri. Sehingga sebelum beliau wafat, abah menitipkan 2 hal, yaitu: menitipkan kepada para kiai dan tokoh agama mengenai Islam di Indonesia. Kemudian kenegarawan abah menitipkan Indonesia." jelasnya.

Yusron juga menyampaikan "Tidak ada jarak antara negara dan agama, ini pertemuan antara orang-orang yang memperjuangkan nilai-nilai agama dan negara sekaligus." Menurutnya, Agama dan negara bisa bersinergi satu sama lain. tutupnya dalam pembukaan halaqoh yang turut dihadiri Kiai Cholil Nafis selaku Rais Syuriah PBNU; Prof. Rochmat Wahab selaku Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan UNY; Dr. Waryono Abdul Ghafur selaku Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kementerian Agama (Kemenag).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement