“Saya selalu bertanya pada diri sendiri: Apakah pemimpin kami peduli dengan kami? Kami tidak aman dan selalu ada ketakutan,” kata Baulo.
Sementara kengerian hidup melalui perang klan semasa kecil mereka masih membekas, hal itu juga memotivasi Dida Agun dan Baulo untuk mengadvokasi perdamaian agar anak-anak muda muslim dapat bercita-cita memiliki masa depan yang bebas dari kekerasan.
Dida Agun dan Baulo sama-sama berharap janji perdamaian yang diantarkan oleh gencatan senjata antara pemerintah dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF), yang ditandatangani pada 2014, juga akan membuka jalan bagi penyelesaian perang klan tanpa kekerasan.
"Bagaimanapun, kita semua bersaudara," kata Dida-Agun.
Dida-Agun saat ini bekerja di sebuah organisasi non-pemerintah dan bersama dengan pemerintah daerah, membantu masyarakat menyelesaikan keluhan mereka melalui intervensi non-kekerasan. Sementara itu, Baulo menggunakan kekuatan gabungan narasi pribadi dan penceritaan visual untuk mendidik kaum muda Muslim tentang dampak negatif rido yang luas.
Film Baulo menyoroti pergulatan internal sebuah keluarga yang terkena dampak rido yang diceritakan melalui persahabatan dua pemuda. Pertunjukan film diselenggarakan di sekolah-sekolah dan di antara kelompok pemuda non-pemerintah.
“Film adalah alat ampuh untuk memberikan dampak yang baik bagi kaum muda. Film dapat memengaruhi keyakinan dan prinsip hidup mereka dan itu akan memengaruhi cara mereka memandang masalah rido di komunitas kami,” kata Baulo.