Kamis 02 Mar 2023 22:57 WIB

Keteladanan Umar Bin Abdul Aziz, Gambaran Terbalik Potret Pejabat Hedon Indonesia

Umar bin Abdul Aziz adalah sosok sederhana dan bersahaja

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Kisah Umar bin Abdul Aziz takut peluang korupsi (ilustrasi). Umar bin Abdul Aziz adalah sosok sederhana dan bersahaja
Foto: wikipedia
Kisah Umar bin Abdul Aziz takut peluang korupsi (ilustrasi). Umar bin Abdul Aziz adalah sosok sederhana dan bersahaja

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 717M sampai 720M. Khalifah Umar bin Abdul Aziz lahir pada 63H/682M dan meninggal di usia 38 tahun setelah diracun  pembantunya. 

Dikutip dari buku Teologi Korupsi karya Nasarudin Umar, meskipun Umar bin Abdul Aziz memerintah kurang dari tiga tahun, tetapi berhasil mengembalikan suasana kehidupan masyarakat dan keumatan seperti pada zaman Khulafaurrasyidin.

Baca Juga

Umar adalah khalifah yang dikenal sangat bersahaja. Umar bahkan hanya memiliki satu stel baju kekhalifahan, sehingga harus menunggu kering baru bisa digunakan di depan publik.

Ketika sakitnya tengah berada di masa kritis, dia ditanya apa yang engkau akan wasiatkan kepada anak-anakmu. Dia menjawab, “Aku tidak mewasiatkan apa-apa karena aku tidak memiliki apa-apa. Jika anak-anakku orang saleh, Allah-lah yang mengurus orang-orang saleh. Jika mereka orang-orang yang tidak saleh, aku tidak mau meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan harta itu untuk mendurhakai Allah,” kata Umar.

Karena kecerdasan dan kejujurannya, dia ditunjuk menjadi khalifah oleh khalifah sebelumnya, yakni Khalifah Sulaiman. Umar bin Abdul Aziz merupakan salah seorang khalifah yang berjasa melahirkan masa keemasan Islam. 

Kondisi objektif dunia Islam ketika itu berada dalam suasana yang sangat mengesankan. Pertumbuhan ekonomi memberikan dukungan terhadap kemajuan sains dan ilmu pengetahuan, sehingga dunia Islam ketika itu jauh melampaui negeri-negeri lain, termasuk Eropa dan kawasan Asia. 

Produk domestik dunia Islam mendominasi volume perdagangan internasional. Dunia Islam sedang solid sekali sehingga tidak pernah tercatat kejadian perang saudara antara sesama negeri Islam.

Salah satu keistimewaan paling menonjol dari Umar bin Abdul Aziz ialah kesahajaan, kejujuran, dan keadilannya di dalam memimpin. 

Dia sangat efektif dan efisien di dalam memimpin. Umar juga sangat mewanti-wanti pegawai pemerintahannya untuk menjauhi tindakan yang tercela, seperti korupsi, nepotisme, kolusi, moral bejat dan perilaku tidak terpuji lainnya. 

Umar tidak hanya memberikan instruksi tetapi membentuk tim yang kuat untuk mengontrol seluruh aparatur pemerintahan dari seluruh tingkatan. Dia sering mengunjungi masyarakat akar rumput. 

Harta yang terkumpul di Baitul Mal yang berasal dari masyarakat terkelola dengan baik. Sumber-sumber dana umat seperti zakat, infaq, shadaqah, jariyah, ghanimah, fay, wakaf, waris, washiyat, jizyah, usyr, khumus, luqathah, fidyah, dam, diyat qurban, aqiqah, wadiah, takaful, dan berbagai sumber lainnya tertata dan terdistribusi dengan baik. Distribusi kekayaan umat dilakukan dengan baik dan penuh keadilan.

Kegiatan keilmuan dan penelitian teknologi sangat diperhatikan. Di zaman inilah umat Islam banyak mengukir sejarah emas dalam dunia sains dan riset. 

Baca juga: Sulit Khusyu Ketika Sholat? Ini 3 Kiat yang Diajarkan Syekh As Syadzili

Para ulama dan ilmuwan memperoleh apresiasi yang luar biasa. Kitab-kitab karya orisinal ulama dan ilmuwan ditimbang dan diapresiasi dengan emas seberat karyanya.

Secara pribadi Umar Bin Abdul Aziz tidak pernah menggunakan sajadah di waktu shalat, ia sujud langsung di lantai tanpa alas. Umar lebih senang memilih bersujud tanpa alas yang memungkinkannya lebih dekat dengan Sang Pencipta.

Pada suatu waktu, Umar bin Abdul Aziz memanggil anaknya dan berkata, "Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, menjadikan kamu semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka atau kamu miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga," (karena tidak menggunakan uang rakyat). Lalu mereka memilih untuk bertahan dalam kemiskinan demi kebahagiaan di akhirat.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement