Rabu 22 Feb 2023 11:08 WIB

Haedar: Bangun Pendidikan dan Kesehatan, Muhammadiyah Gunakan Pendekatan Sosial Agama

Rektor UMJ menggambarkan kondisi kesehatan yang berada jauh di bawah negara lain.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, pada Kuliah Umum bersama Menkes RI Budi Gunadi Sadikin yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan Muhammadiyah (APKKM) di Auditorium Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKK UMJ), Selasa (21/02/2023).
Foto: dokpri
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, pada Kuliah Umum bersama Menkes RI Budi Gunadi Sadikin yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan Muhammadiyah (APKKM) di Auditorium Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKK UMJ), Selasa (21/02/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menyampaikan cara pandang Muhammadiyah dalam membangun pendidikan dan kesehatan. Selama ini, apa yang dilakukan Muhammadiyah dapat mendukung proses pembangunan pendidikan dan kesehatan yang semakin akseleratif untuk hajat hidup orang banyak. 

Haedar mengatakan, tidak mudah bagi Muhammadiyah untuk memajukan pendidikan dan kesehatan. Sebagai contoh, saat memproses pembangunan rumah sakit di Jayapura dan Sorong. Muhammadiyah diterima di sana karena masyarakat merasakan manfaatnya melalui pendidikan dan kesehatan. Muhammadiyah menggunakan pendekatan sosial keagamaan yang intensif.

"Ini merupakan proses transformasi sosial budaya yang membutuhkan back up yang kuat dari berbagai pihak. Langkah ini terus kita ambil karena kita percaya bahwa Tuhan selalu membukakan jalan bagi orang yang bersungguh-sungguh," ungkap Haedar pada Kuliah Umum bersama Menkes RI Budi Gunadi Sadikin yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan Muhammadiyah (APKKM) di Auditorium Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKK UMJ), Selasa (21/02/2023).

Kuliah umum ini merupakan kegiatan penting untuk melihat berbagai perspektif dan memahami kebijakan kesehatan untuk mengambil berbagai keputusan. Haedar mengharapkan negara hadir dalam memajukan sektor kesehatan. Kepentingan Muhammadiyah ke depan adalah dapat mendukung proses pembangunan kesehatan yang lebih akseleratif untuk hajat hidup orang banyak. Berkaitan dengan itu, di hadapan Menkes Budi Gunadi, Haedar menyatakan harapannya agar pemerintah dapat memberikan dukungan pada Muhammadiyah.

Pada kesempatan yang sama, Rektor UMJ Ma'mun Murod menggambarkan kondisi kesehatan di Indonesia yang berada jauh di bawah negara lain di Asia Tenggara (ASEAN). Oleh karenanya Ma'mun mendukung Kemenkes sepenuhnya untuk melakukan transformasi kesehatan nasional. Selain itu Ma'mun menyampaikan bahwa salah satu cara untuk melakukan transformasi adalah dengan menggandeng ormas seperti Muhammadiyah.

Pada kesempatan tersebut Ma'mun Murod menggambarkan kondisi kesehatan di Indonesia yang berada jauh di bawah negara lain di Asia Tenggara (ASEAN). Oleh karenanya Ma'mun mendukung Kemenkes sepenuhnya untuk melakukan transformasi kesehatan nasional. Selain itu Ma'mun menyampaikan bahwa salah satu cara untuk melakukan transformasi adalah dengan menggandeng ormas seperti Muhammadiyah.

Sementara itu Ketua APKKM Prof Suryani As'as menjelaskan bahwa APKKM bertugas untuk melakukan sinergitas dan kolaborasi seluruh potensi di pendidikan kedokteran dan kesehatan. Menurutnya jumlah SDM di FK PTMA yang mencapai 9000 mahasiswa cukup potensial untuk memberikan kontribusi dalam perbaikan kesehatan dan keberlanjutan pelayanan kesehatan di Indonesia. 

Kuliah Umum bersama Menkes menjadi wadah bagi mahasiswa FK PTMA untuk lebih peka terhadap isu-isu serta permasalahan dalam dunia pendidikan kedokteran serta mampu mengimplementasikan secara konkret. Budi menjabarkan enam pilar transformasi yang dilakukan Kemenkes RI.

Menkes Budi Gunadi mengatakan bahwa Kemenkes berkomitmen melakukan transformasi sistem kesehatan Indonesia melalui 6 pilar transformasi yang dilakukan. Enam pilar tersebut adalah transformasi layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, dan teknologi kesehatan.

"Kita melakukan enam pilar transformasi. Pertama adalah layanan primer. Ini yang paling penting edukasi kesehatan. Kedua adalah transformasi layanan rujukan rumah sakit. Ketiga transformasi sistem ketahanan kesehatan. Ini kalau ada pandemi, kita lebih siap dari sisi obat-obatan, alat-alat kesehatan, tenaga kesehatan cadangan itu masuk ke sana, termasuk surveilance terhadap penyakit menular. Kita ingin pastikan baik lokal, nasional, maupun regional itu harus siap," ungkap Budi.

Transformasi keempat adalah transformasi sistem pembiayaan kesehatan. Hal ini sebagian besar layanan kesehatan terdapat di BPJS. Namun ada juga asuransi swasta yang harus dipastikan keberlanjutannya. Transformasi kelima adalah SDM Kesehatan dan keenam adalah transformasi Teknologi Kesehatan, ini terkait teknologi informasi dan bioteknologi. “Itu adalah 6 kerangka besar yang akan kita kejar sampai 2024,” jelas Budi.

Selain layanan kesehatan primer, Menkes Budi Gunadi mengatakan saat ini ada sekitar 12 ribu Puskesmas yang tersebar di semua wilayah Indonesia. Ia menilai jumlah tersebut tidak akan mencapai pemerataan pelayanan kesehatan. Ada sejumlah program yang akan dilakukan diantaranya menata ulang jaringan fasilitas layanan kesehatan.

Maka dari itu diperlukan revitalisasi Posyandu di setiap wilayah di Indonesia sebagai bentuk pelayanan yang lebih dekat dengan masyarakat. Bukan hanya melayani Ibu dan bayi, tapi melayani setiap siklus hidup termasuk remaja, dewasa, hingga lansia.

"Jadi setiap Puskesmas bisa melakukan layanan laboratorium misalnya 100 kali tes, kemudian di atasnya laboratorium kesehatan kabupaten/kota, di atasnya lagi laboratorium provinsi, kemudian regional, dan nasional," kata Budi.

Target fasilitas layanan primer dan Labkesmas sebanyak 514 Rumah Sakit Kabupaten/Kota, 7.230 Pukesmas Kecamatan, 85.000 Posyandu Desa/Kelurahan, 300.000 Posyandu Dusun/RT/RW, dan 273.5 juta kunjungan rumah penduduk tingkat kelembagaan serta laboratorium nasional (Prof. dr. Sri Oemiyati dan B2PVRP), laboratorium regional (BBTKL, BBLK, EKS BALAI LITBANGKES), Labkesda Provinsi, Labkesda Kab/Kota, dan Laboraturium Puskesmas.

Pada kesempatan tersebut, Menkes Budi menjelaskan tentang transformasi layanan rujukan. Pada transformasi ini terdapat tiga penyakit penyebab kematian paling tinggi di Indonesia yaitu penyakit jantung, stroke, dan kanker. 

"Data yang saya miliki, dari 34 provinsi yang bisa melakukan operasi pasang ring itu hanya 28 provinsi. Kalau sudah tidak bisa dipasang ring, maka tindakan berikutnya adalah bedah jantung terbuka. Ini jumlahnya turun lagi dari 28 provinsi kalau tidak salah ke 22 provinsi," tutur Budi.

Target Kemenkes pada 2024 adalah seluruh rumah sakit di Indonesia bisa melayani penyakit jantung, stroke, dan kanker. Layanan jantung yang sesuai dengan kompetensi masih belum merata di Indonesia. Hanya 40 rumah sakit pemerintan yang mampu melayani chatlab dan hanya 10 rumah sakit yang mampu melakukan bedah jantung. “Akses layanan dan standar layanan tertentu untuk jantung, stroke, dan kanker saya mau rata tersedia di seluruh provinsi,” ungkap Budi.

Lebih lanjut, hal yang menjadi perhatian Kemenkes lainnya adalah yang berkaitan dengan layanan kesehatan primer dan pembiayaan kesehatan. Sepanjang tahun 2022, Kemenkes terus mendorong layanan kesehatan primer berkualitas agar dapat dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat.

Di hadapan ribuan tamu undangan dan mahasiswa FK dari 12 PTMA baik luring maupun daring, Budi menuturkan bahwa keberadaan Muhammadiyah sangat dibutuhkan dalam dunia kesehatan dan Menkes merasakan kehadiran Muhammadiyah dalam sektor kesehatan, "Muhammadiyah is the most influence group di luar pemerintah pada bidang kesehatan dan pendidikan," jelas Budi.

APKKM merupakan perkumpulan pengelola Fakultas Kedokteran dan Fakultas/Prodi Kesehatan di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Lembaga ini fokus membahas isu serta permasalahan dunia pendidikan kedokteran yang kemudian diharapkan akan ditemukan solusinya. Saat ini PTMA yang tergabung dalam APKKM sebanyak 12 perguruan tinggi. Berdasarkan laporan Suryani, akan ada 10 PTMA yang segera mendirikan Fakultas Kedokteran.

Kuliah Umum bersama Menkes RI merupakan inisiasi APKKM, serta bentuk promosi seluruh stakeholder termasuk mahasiswa FK PTMA dan sivitas akademika FKK UMJ. Hal tersebut bertujuan agar mahasiswa FK PTMA dapat lebih peka terhadap isu-isu serta permasalahan dalam dunia pendidikan kedokteran dan mampu mengimplementasikan secara konkret.

Kuliah Umum Kuliah umum diikuti oleh kurang lebih 1.000 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan dosen PTMA yang tergabung dalam APKKM. Hadir pula perwakilan RS Islam Jakarta Cempaka Putih, RS Islam Jakarta Pondok Kopi, RS Muhammadiyah Aisyiyah, Majelis Diktilitbang PP Majelis Pembina Kesehatan Umum, Dekanat dan Kaprodi Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (FK PTMA), dosen dan mahasiswa dari 12 FK PTMA, serta 10 delegasi calon FK PTMA. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement