Ahad 05 Feb 2023 22:29 WIB

Islamofobia di Denmark, Anti-Islam Direstui Sementara Anti-Semit Digebuk?

Aktivitas Anti-Islam terus bermunculan di Denmark tanpa tindakan tegas otoritas

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti / Red: Nashih Nashrullah
 Rasmus Paludan, pemimpin partai anti-Islam sayap kanan Denmark Stram Kurs (Garis Keras), membakar mushaf Alquran di depan kedutaan Turki di Kopenhagen, Denmark, Jumat (27/1/2023).. Aksi itu ditanggapi dengan kemarahan dan protes di sekitar dunia sejak Paludan membakar kitab suci umat Islam di Stockholm sepekan sebelumnya.
Foto:

Lene Kuhle dari Aarhus University's School of Culture and Society, yang berfokus pada komunitas Muslim di Denmark, percaya bahwa fenomena kebencian anti-Islam memang menjadi kenyataan di dalam negeri, tetapi masyarakat Denmark sendiri tidak membenarkan tindakan Paludan meskipun tindakannya dianggap tidak melanggar hukum.

"Kami dulu tidak banyak membahas Islamophobia di Denmark, tetapi ini telah menjadi topik diskusi dan itu adalah perkembangan yang baik karena orang-orang sekarang meninjau secara kritis bagaimana orang berbicara tentang Islam, Muslim, dan imigran," katanya.

Meski mengakui adanya kebencian anti-Islam, dia mengatakan tidak benar bahwa seluruh sistem Denmark sepenuhnya tertanam dalam Islamofobia.

“Perlu ditelusuri sejauh mana Islamophobia mempengaruhi masyarakat Denmark. Penting untuk mengkontekstualisasikan mengapa hal itu terjadi. Media memiliki peran yang cukup besar untuk mencoba dan menjelaskan ini sebagai karya satu orang yang mencoba menarik perhatian, dia adalah seorang pengacara yang mengetahui batasan sistem hukum. Selama dia tetap dalam batas hukum, sangat sulit untuk melakukan sesuatu tentang hal itu,” paparnya.

Komunitas Muslim Denmark terus memprotes penodaan kitab suci, sementara tokoh masyarakat meminta orang-orang untuk tidak mengambil hukum di tangan mereka dan menanggapi kebencian dengan cinta dan hormat. Namun pertanyaan diajukan tentang perlindungan polisi dan izin yang diberikan oleh pihak berwenang untuk tindakan anti-Islam.

"Barat perlu mengakui fakta bahwa mengizinkan kata-kata dan tindakan Islamofobia yang berpotensi memicu kekerasan terhadap Muslim adalah kebebasan dengan mengorbankan komunitas," kata seorang pengunjuk rasa di lokasi yang sama di Kopenhagen sehari setelah Paludan membakar Alquran.

 

 

Sumber: trtworld   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement