Kamis 02 Feb 2023 11:31 WIB

Zawiyah Arraudhah Gelar Haul Ke-26 Syekh Abdul Aziz Al-Ghumari

Menurut Kiai Nafis, Zawiyah Arraudhah terus membudayakan tradisi mengaji.

Zawiyah Arraudhah menggelar Munajat Rajab dan Haul ke-26 Al-
Foto: Dok Zawiyah Arraudhah
Zawiyah Arraudhah menggelar Munajat Rajab dan Haul ke-26 Al-

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zawiyah Arraudhah menggelar kegiatan Munajat Rajab dan Haul ke-26 Al-'Allamah Al-Arif Billah Al-Muhaddits As-Sayyid As-Syarif Abdul Aziz bin Muhammad bin Shidiq Al-Ghumari As-Syadzili Ad-Darqowi Al-Hasani Radhiya Allahu Anhu di Gedung Pertemuan Zawiyah Arraudhah, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (31/1/2023).

Kegiatan haul yang rutin dilaksanakan setiap tahun tersebut berlangsung dengan suasana rohani. Hal itu mengingat saat ini telah memasuki bulan Rajab.

Khadim Zawiyah Arraudhah, KH Muhammad Danial Nafis, menyampaikan, pentingnya bagi pengikut Thariqah Qadiriyah Syadziliyah memperingati haul tersebut. Hal itu karena Syekh Abdul Aziz bin Siddiq Al-Ghumari Radhiyallahu Anhu merupakan Guru Agung yang termasuk dalam rantai sanad kethariqahan.

"Sebuah kenikmatan ketika kita bisa bersambung, meskipun kita tidak pernah mengenal beliau. Tetapi memperingati haul itu secara hakiki adalah sebagai bentuk perizinan beliau, untuk kita bisa mengenal beliau dan mendoakan beliau," ujar Kiai Nafis yang juga Mudir JATMAN Idharah Wustha DKI Jakarta dalam tausiahnya dikutip di Jakarta, Kamis (2/2/2023).

Kiai Nafis menerangkan, pada hakikatnya ketika seseorang menghadiri sebuah peringatan haul ulama, artinya orang itu diundang oleh sang ulama untuk bersama-sama mendapatkan Rahmat Allah SWT. Dia sempat menceritakankan biografi singkat Syekh Abdul Aziz, yang dilahirkan pada Jumadil Awal 1338 H/1920 M di Maroko.

Ayahandanya, Syekh Muhammad bin Shiddiq Al-Ghumari, merupakan seorang ulama, kekasih Allah, dan seorang Wali Qutub pada zamannya. Syekh Abdul Aziz adalah putra terakhir dari Ibundanya, Syarifah Fatimah al Zahra merupakan cucu dari Sayyid Ahmad 'Ajibah al Hasani, pengarang syarah kitab hikam yang masyhur.

"Semoga kita yang hadir dalam haul ini menjadi bagian yang mendapat pencerahan dan kesambungan rohani. Itu sangat penting. Siapa lagi yang kita harapkan kecuali ketersambungan kepada para ulama, masyaikh, guru-guru kita," kata Kiai Nafis.

Dia menjelaskan, pentingnya akan ketersambungan antara murid dan guru. Baik itu ketersambungan ilmu maupun ketersambungan ruhani.

"Bukankah ketika ketersambungan itu bersambung ke hadrati Rasulullah Saw, apakah sambung secara ilmu ataupun sambung secara ruhani, maka itu saling melengkapi. Di sinilah ketika ada ilmu zahir tidak dibarengi ilmu batin, maka di situlah terjadi ketidakseimbangan," nasihatnya.

Zawiyah Arraudhah, kata Kiai Nafis, terus membudayakan tradisi mengaji, baik mengaji keilmuan maupun mengaji kerohanian. Hal itu supaya ketersambungan tetap terjaga.

"Inilah yang menjadi fokus kita, bahwa ketersambungan ini menjadi amat penting. Sambungan itu akan menggerakkan rohani kita, pikiran kita, langkah jasad kita, sehingga kita tetap terjaga dalam koridor syariah, Sunnah Rasulullah SAW, dan Thariqah para Salafu Shalihin. Patut kita pahami, kita jaga dan rawat terus," jelasnya.

Kiai Nafis menceritakan, Syekh Abdul Aziz dijemput menemui Ilahi pada Jumat 6 Rajab 1417 Hijriyah bertepatan pada 17 November 1996. Beliau dimakamkan di sisi makam ahli keluarganya di Zawiyah Shiddiqiah, Tonjah, Maroko

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement