REPUBLIKA.CO.ID,PESHAWAR -- Korban jiwa akibat aksi bom bunuh diri di Masjid Peshawar, Pakistan, mencapai 100 orang. Puluhan kerabat terlihat putus asa berupaya memadati area rumah sakit.
Bom yang menghancurkan masjid saat dalam keadaan penuh sesak menjalankan shalat Dhuhur ini menewaskan 97 polisi dan 3 warga sipil. Serangan yang terjadi di distrik Garis Polisi itu merupakan yang paling mematikan dalam satu dekade.
Diketahui, kota di wilayah barat laut yang bergolak ini berlokasi dekat dengan perbatasan Afghanistan, serta kerap terjadi gelombang kekerasan terhadap polisi.
"Putraku, anakku,” teriak seorang wanita tua yang berjalan di samping ambulans yang membawa peti mati, saat petugas penyelamat membawa orang-orang yang terluka ke unit gawat darurat rumah sakit.
Sedikitnya 170 orang dilaporkan terluka dalam ledakan itu. Aksi tidak bertanggung jawab ini menghancurkan hingga dinding atas masjid, saat ratusan jamaah sedang melakukan shalat dhuhur.
Seorang pejabat senior pemerintah daerah, Riaz Mashud, mengatakan jumlah korban kemungkinan akan bertambah karena para petugas terus melakukan pencarian melalui puing-puing.
"Sejauh ini, 100 jenazah telah dibawa ke Rumah Sakit Lady Reading," kata juru bicara fasilitas medis terbesar di kota itu, Mohammad Asim, dalam sebuah pernyataan dikutip di Business Recorder, Rabu (1/2/2023).
Menteri Dalam Negeri Rana Sanaullah mengatakan, kepada parlemen 97 dari 100 orang korban meninggal dunia itu adalah petugas polisi.
Pihak berwenang mengatakan mereka tidak tahu bagaimana pelaku bom berhasil menembus pos pemeriksaan militer dan polisi, yang mengarah ke distrik Police Lines.
Wilayah ini merupakan sebuah perkemahan mandiri era kolonial di pusat kota, yang menjadi rumah bagi personel polisi berpangkat menengah dan bawah bersama keluarga mereka.
Mengingat masalah keamanan di Peshawar, masjid tersebut dibangun untuk memungkinkan polisi melaksanakan shalat tanpa meninggalkan daerah tersebut.
Menteri Pertahanan Khawaja Asif mengatakan, pelaku bom berada di barisan atau shaf pertama ketika dia menyerang.
Serangan itu adalah yang paling mematikan di Peshawar, sejak pemboman bunuh diri kembar di Gereja All Saints yang menewaskan puluhan jamaah pada September 2013. Halnini juga dianggap sebagai serangan paling mematikan terhadap minoritas Kristen.
Kota Peshawar berada di tepi tanah suku Pashtun, wilayah yang terperosok dalam kekerasan selama dua dekade terakhir. Kelompok militan paling aktif di wilayah itu adalah Taliban Pakistan, Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP).
TTP merupakan sebuah kelompok untuk Sunni dan faksi Islam, sektarian yang menentang pemerintah di Islamabad.
Tidak ada kelompok yang secara resmi mengklaim serangan itu. Tetapi, Sanaullah mengatakan sebuah faksi sempalan dari TTP bernama Khurasani mengaku bertanggung jawab.
TTP menolak bertanggung jawab, meskipun telah meningkatkan serangan sejak menarik diri dari kesepakatan damai dengan pemerintah tahun lalu. Kebijakan untuk membebaskan militan di bawah amnesti sebagai bagian dari kesepakatan telah menghasilkan aksi pengeboman.
Sumber: