Selasa 17 Jan 2023 13:42 WIB

Muslimah di Amerika Buat Jilbab Higienis Khusus Petugas Medis

Jilbab tersebut memenuhi protokol keamanan lembaga pengawas obat dan makanan.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Petugas kesehatan Yasmin Samatar dan Faraoli Adam dari AS membuat jilbab higienis khusus untuk tenaga medis. Muslimah di Amerika Buat Jilbab Higienis Khusus Petugas Medis
Foto: Mawadda
Petugas kesehatan Yasmin Samatar dan Faraoli Adam dari AS membuat jilbab higienis khusus untuk tenaga medis. Muslimah di Amerika Buat Jilbab Higienis Khusus Petugas Medis

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Petugas kesehatan Yasmin Samatar dan Faraoli Adam memiliki impian untuk membantu menjaga keamanan para tenaga kesehatan Muslim dan pasien di rumah sakit. Satu impian yang akhirnya mendorong mereka untuk membuat jilbab khusus medis yang dikenal saat ini.

Dilansir dari Black Enterprise, Senin (16/1/2023), menurut Twin Cities, para wanita yang sama-sama berusia 29 tahun, menemukan peluang di industri tersebut ketika mereka menyadari tidak ada akses alat pelindung diri untuk wanita Muslim seperti mereka. Setelah bepergian dan bekerja sama di kota-kota yang banyak dilanda kasus Covid-19, keduanya menemukan pentingnya membuat penutup kepala yang disterilkan.

Baca Juga

“Covid itu mematikan, dan kita semua sudah familiar dengan istilah (Alat Pelindung Diri) APD. Tapi petugas kesehatan Muslim ditinggalkan karena tidak ada yang memikirkannya,” kata Adam.

Para wanita tersebut kemudian mengambil cuti dari pekerjaan pada 2021 untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meluncurkan perusahaan mereka. Setelah mendapatkan pemasok, Samatar dan Adam mengumpulkan Rp 151 juta pada musim gugur.

 

Setelah coba-coba, mereka memutuskan desain sekali pakai. Desain pertama, Zanub, menampilkan pita elastis yang dapat disesuaikan di sekitar area wajah dan dapat ditarik dengan mudah. Desain lainnya, Ikram, adalah hijab yang cocok untuk semua ukuran. Rammy Mohamed dari Ramadhan Designs bertanggung jawab atas desain.

Mereka memprioritaskan pengujian produk dengan mengadakan kelompok fokus yang berbeda. “Kami harus mencari bahan yang pas agar tidak terlalu panas atau tebal, tapi juga tidak terlalu tipis dan memenuhi standar kesopanan berhijab,” kata Samatar.

Para wanita juga memastikan hijab memenuhi protokol keamanan lembaga pengawas obat dan makanan atau FDA. Mereka banyak berkomunikasi dengan FDA untuk proteknya ini.

"Kami benar-benar menelepon jalur FDA, sepanjang waktu. Jadi butuh sedikit lebih banyak pekerjaan," kata Adam.

Mereka berencana menjual jilbab mereka ke rumah sakit, tetapi petugas kesehatan dapat membeli produk dengan harga diskon secara online di usmawadda.com. “Kebanyakan orang terkejut ini belum tersedia di rumah sakit. Dan dorongan baru-baru ini untuk keragaman dan inklusi sangat membantu kami,” kata Samatar.

“Itu dibuat oleh kami dan untuk kami. Tetapi memiliki perlindungan yang sesuai dengan budaya tidak hanya akan memengaruhi kita, tetapi juga akan memengaruhi semua orang yang berada di bawah asuhan seorang wanita Muslim: pasien, keluarga, dan masyarakat,” tambah Samatar.

Mawadda secara resmi diluncurkan pada 9 November, dan mendapat perhatian internasional berkat pengguna di Prancis, Inggris, dan China.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement