Kamis 12 Jan 2023 19:17 WIB

Cendekiawan Hingga Budayawan Berkumpul di Banyuwangi Bahas Tradisi Islam Nusantara

Kekayaan tradisi Islam di Nusantara harus dirumuskan lebih detail.

Cendekiawan dan budayawan Muslim dari berbagai penjuru Nusantara berkumpul memeriahkan rangkaian Festival Tradisi Islam Nusantara dalam menyongsong peringatan satu abad Nahdlatul Ulama (NU) di Banyuwangi pada Senin lalu (9/1/2023). Cendekiawan Hingga Budayawan Berkumpul di Banyuwangi Bahas Tradisi Islam Nusantara
Foto: Dok. Republika
Cendekiawan dan budayawan Muslim dari berbagai penjuru Nusantara berkumpul memeriahkan rangkaian Festival Tradisi Islam Nusantara dalam menyongsong peringatan satu abad Nahdlatul Ulama (NU) di Banyuwangi pada Senin lalu (9/1/2023). Cendekiawan Hingga Budayawan Berkumpul di Banyuwangi Bahas Tradisi Islam Nusantara

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Rangkaian Festival Tradisi Islam Nusantara dalam menyongsong peringatan satu abad Nahdlatul Ulama (NU) di Banyuwangi pada Senin lalu (9/1/2023), tidak hanya dimeriahkan dengan gebyar kesenian kolosal yang meriah. Namun, juga menghadirkan para cendekiawan dan budayawan Muslim dari berbagai penjuru Nusantara.

Pertemuan para cendekiawan dan budayawan selama dua hari (9-10/1/2023) tersebut, membahas ihwal tradisi keislaman di Nusantara. Mulai dari definisi, ruang lingkup, ragam ekspresi di berbagai daerah hingga upaya merevitalisasi tradisi tersebut di era modern.

Baca Juga

“Kita ingin menyusun satu proposal peradaban yang berakar dari tradisi keislaman di Nusantara ini. Karena, jika kita amati, meskipun di Nusantara terdiri dari keberagaman, namun, berhasil menghasilkan suatu konsensus yang mengikat,” ujar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat menjadi keynote speaker, Senin (10/1/2023).

Kekayaan tradisi Islam di Nusantara yang menyatukan itulah, menurut Gus Yahya, harus dirumuskan lebih detail. Sehingga bisa semakin memperkukuh narasi peradaban yang sedang disusun oleh PBNU.

“Saya yakin, tradisi memiliki kontribusi yang tidak kecil dalam menyusun peradaban ini,” katanya.

Para cendekiawan dan budayawan tersebut datang dari berbagai latar belakang akademis, kajian hingga kedaerahan. Masing-masing memaparkan tentang hasil penelaahannya.

“Dari berbagai perspektif yang disampaikan ini, masing-masing memiliki titik temu yang akan menjadi pondasi dari proposal peradaban sebagaimana yang dikehendaki Gus Yahya,” ujar Ketua Lesbumi NU KH. Jadul Maula yang menjadi bagian dari kegiatan tersebut.

Dalam pertemuan itu sendiri, dihadiri sejumlah akademisi, baik secara luring ataupun daring. Di antaranya adalah Rektor UIN Sunan Kalijaga Profesor Al Makin dan Rektor UIN Mataram Prof. Masnun Thahir. Adapula akademisi sekaligus pegiat budaya Cianjur Yus Wiradireja.

Tidak hanya itu, beberapa peneliti dari berbagai bidang juga ikut terlibat. Di antaranya adalah Adlien Fadila dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang banyak meneliti tentang pengaruh nilai-nilai Islam pada wastra Nusantara. Adapula peneliti kajian tradisi lisan Sussi Ivaty yang banyak menyoroti tentang pengaruh Islam dalam praktik ritual masyarakat petani.

Selain itu, juga ada sejumlah nama-nama lain yang ikut menyumbang pandangan kebudayaan berdasarkan pengalaman empirik di lapangan. Antara lain Hajriansyah yang mengamati tradisi di komunitas Banjar, Achmad Fauzan dari Aceh, Syamsurijal dari Bugis dan sejumlah budayawan lainnya.

“Para peserta tidak hanya datang berdiskusi. Tapi, juga menyumbangkan essai tentang pemikirannya tersebut yang nantinya akan dibukukan,” ungkap Hairus Salim yang memandu acara diskusi tersebut sekaligus yang akan mengeditori buku tersebut.

Ketua Panitia Festival Tradisi Islam Nusantara Abdullah Azwar Anas memaparkan, output dari kegiatan tersebut tidak hanya berupa buku saja. Namun, nantinya bisa menjadi suatu gerakan yang dapat memperkuat tradisi ini sendiri.

“Hasilnya, tentu, tidak hanya berupa buku. Tapi, ini bisa menjadi panduan untuk menggerakkan tradisi bisa lestari, mandiri dan mensejahterakan bagi para pegiatnya,” kata Anas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement