Ahad 08 Jan 2023 12:44 WIB

Wapres: Jangan Repot Islamkan Orang, Fokus Saja Berdayakan Muslim yang Sudah Ada

Wapres mengajak umat Muslim untuk fokus pemberdayaan sesama Muslim

Rep: Fauziah Mursyid / Red: Nashih Nashrullah
Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat menghadiri peringatan Haul Akbar ke-51 Al Maghfurlah Al ‘alim Al‘Allamah Mama KH Tubagus Muhammad Falak Abbas di Komplek Pesantren Al Falak di Pagentongan, Bogor, Sabtu (7/1/2023).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat menghadiri peringatan Haul Akbar ke-51 Al Maghfurlah Al ‘alim Al‘Allamah Mama KH Tubagus Muhammad Falak Abbas di Komplek Pesantren Al Falak di Pagentongan, Bogor, Sabtu (7/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR— Wakil Presiden Ma'ruf Amin berpesan kepada umat Islam agar dalam membangun kekuatan umat tidak perlu fokus untuk mengislamkan semua orang. 

Kiai Ma'ruf menilai, upaya memperkuat keumatan adalah dengan memberdayakan umat Islam di Indonesia secara optimal.

Baca Juga

"Kita sebenarnya umat Islam tidak usah repot-repot, tidak usah mengislamkan orang. Kalau saya, hanya dua saja, satu, membangun, memberdayakan umat Islam, santri-santri diberdayakan," ujar Kiai Ma'ruf dalam sambutannya saat menghadiri peringatan Haul Akbar ke-51 Mama KH Tubagus Muhammad Falak Abbas di Komplek Pesantren Al Falak di Pagentongan, Bogor, dikutip Ahad (8/1/2023).

Dia beralasan, penduduk Muslim di Indonesia sudah mayoritas dengan persentase 87 persen. Karena itu, tantangannya kata Ma'ruf adalah memberdayakan mayoritas masyarakat Muslim untuk membangun perberdayaan umat.

Selain itu, lanjut Ma'ruf, banyak umat Islam yang belum menjalankan ajaran Islam dengan benar.

"Karena banyak orang sekarang ini Islam tapi belum mengerjakan Islam, ajarannya. Itu namanya Islam abangan. Jadi, Islam itu ada yang santri, ada yang Islam abangan," ujarnya.

Alih-alih berfokus mengislamkan, Ma'ruf menilai lebih baik mendorong untuk santrinisasi kepada mereka.

"Yang penting kita sekarang, sudah 87 persen bangsa Indonesia ini islam, tinggal bagaimana sekarang mensantrikan yang abangan-abangan itu, santrinisasi abangan. Tidak perlu islamisasi, tapi cukup santrinisasi," ujarnya.

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menambahkan, perlu juga penguatan santri dalam pemberdayaan ekonomi. Karena itu, pesantren harus dibangun menjadi basis ekonomi.

Apalagi kita Indonesia sedang membangun sumber daya manusia dan ekonomi masyarakat.

"Jadi, kita ingin menjadikan kehidupan Indonesia ini nanti menjadi kehidupan yang hayyatan tayyibah, intinya itu. Menjalankan agama dengan benar, membangun kemakmuran," ujarnya.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement