REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inspektorat Jenderal Kementerian Agama melakukan evaluasi program beasiswa dan studi lanjut luar negeri pada 26 sampai dengan 30 Desember 2022 di Mesir.
Inspektur Jenderal Kemenag Faisal mengatakan bahwa dirinya mendapatkan arahan dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas untuk melakukan identifikasi permasalahan dalam penyelenggaraan beasiswa dan studi lanjut di luar negeri.
"Gus Men memberi instruksi kepada Itjen, agar mengidentifikasi permasalahan dan penyebabnya dalam pengelolaan studi lanjut di Mesir," ujar Faisal dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, pekan lalu.
Faisal menyatakan dengan evaluasi ini akan diperoleh informasi tentang akar masalah penyelenggaraan program. Sehingga nantinya bakal menjadi rekomendasi agar penyelenggaraan dapat terus ditingkatkan kualitasnya.
"Kami akan mengusulkan kebijakan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan tata kelola studi lanjut di Mesir," kata dia.
Selain melakukan evaluasi, Inspektur Jenderal juga melakukan pertemuan dengan penerima beasiswa 5.000 Doktor. Faisal berharap pada penerima beasiswa ini dapat disalurkan ke Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) setelah mereka lulus dan menjadi pelopor moderasi beragama di Indonesia.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Bambang Suryadi menambahkan bahwa setiap tahun sekitar 1.500 mahasiswa studi lanjut dan sudah total sekitar 12.000 mahasiswa Indonesia di Mesir.
"Saat ini tantangannya adalah bagaimana meningkatkan mutu input mahasiswa sehingga dapat lulus tepat waktu," kata Bambang.
Sebelumnya, Kemenag memiliki program 5.000 Doktor yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan Kemenag sebagai bagian dari peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan tinggi Islam.
Program tersebut sekaligus menjadi arah kebijakan pemerintah dalam pendidikan nasional, salah satunya yang diselenggarakan di Mesir.