REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Masjid Stockholm, Swedia mengutuk serangan terbaru terhadap fasilitasnya. Hal ini disampaikan setelah salinan Alquran yang rusak dibiarkan dirantai dan digantung di luar pintu masuk masjid.
Gambar yang dirilis oleh Masjid Pusat Stockholm dari awal bulan Desember ini menunjukkan kitab suci umat Islam yang rusak, lantas dirantai dan digantung di pagar besi di luar masjid. Masjid mengatakan mereka sering mengalami ancaman seperti itu.
Dalam akun Facebook mereka, pihak masjid menulis merantai Alquran yang telah dihancurkan dan menggantungnya di jeruji taman di sebelah pintu masjid adalah hal yang memalukan bagi umat Islam. “Masjid dan jamaah kami menerima ancaman yang sangat luas. Kaum rasis selalu membuat upaya baru untuk mencoreng orang-orang yang tidak menyukai diri mereka sendiri,” katanya dikutip di Anadolu Agency, Senin (12/12/2022).
Dalam sebuah pernyataan, pihak masjid mengatakan mereka memutuskan berbagi foto dan informasi itu untuk menarik perhatian jamaah dan publik, serta mencegah kejahatan rasial menjadi sesuatu yang normal. Namun, serangan itu tidak terisolasi, karena masjid tersebut telah menjadi sasaran serangan Islamofobia di masa lalu, termasuk ketika grafiti dan tulisan anti-Islam dilukis di pintunya.
Kitab suci Alquran menjadi sasaran serangan di Swedia selama beberapa waktu. Rasmus Paludan berkewarganegaraan Swedia dan Denmark, yang memimpin partai sayap kanan anti-imigrasi Denmark, secara teratur menyelenggarakan aksi pembakaran Alquran di dua negara Skandinavia itu, meskipun ada protes yang memicu kerusuhan.
Imam dan direktur Masjid Pusat Stockholm Mahmoud Khalfi mengatakan dia secara pribadi menyaksikan pembakaran Alquran di Stockholm Desember lalu. Ia pun mengingat rasa sakit akibat aksi tersebut.
“Alquran itu suci dalam Islam. Itu adalah firman Tuhan. Oleh karena itu, membakar Alquran sangat menyakitkan bagi kami umat Islam,” ujar dia.