Rabu 07 Dec 2022 08:59 WIB

Tafsir Surat Sad Ayat 46: Para Nabi Disucikan Jiwanya oleh Sifat dan Akhlak Terpuji

Allah menjelaskan sebab para Nabi mencapai kemuliaan dunia dan akhirat.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi. Tafsir Surat Sad Ayat 46: Para Nabi Disucikan Jiwanya oleh Sifat dan Akhlak Terpuji
Foto: republika
Ilustrasi. Tafsir Surat Sad Ayat 46: Para Nabi Disucikan Jiwanya oleh Sifat dan Akhlak Terpuji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran menjelaskan para Nabi mendapat kemuliaan di dunia dan akhirat karena jiwanya disucikan dengan sifat-sifat terpuji dan akhlak yang tinggi. Hal ini dijelaskan dalam Surat Sad Ayat 46 dan tafsirnya.

اِنَّآ اَخْلَصْنٰهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِۚ 

Baca Juga

"Sesungguhnya Kami telah memberikan secara khusus kepada mereka anugerah yang besar, (yaitu selalu) mengingat negeri akhirat." (QS Sad: 46)

Ayat tersebut mengandung arti, "Sungguh Kami anugerahi mereka karunia yang besar itu karena Kami telah menyucikan jiwa mereka dengan sifat-sifat terpuji dan akhlak yang tinggi kepadanya, yaitu selalu mengingatkan umatnya kepada negeri akhirat yang kekal dan penuh kenikmatan bagi hamba-hamba yang saleh." 

Pada ayat ini, menurut Tafsir Kementerian Agama, Allah menjelaskan sebab-sebab para Nabi tersebut mencapai kemuliaan baik dunia maupun akhirat adalah karena memelihara kebersihan jiwa dan menjauhkan diri dari dosa yang tercela. Karena jiwa mereka bersih dari noda-noda kemusyrikan, maka mereka ikhlas menaati perintah-perintah Allah SWT. Juga karena para Nabi selalu menjauhi perbuatan-perbuatan tercela, maka mereka gigih dalam memperjuangkan kebenaran dan melenyapkan kebatilan. 

Dengan demikian, tergambarlah dalam jiwa mereka akhlak yang tinggi, dan sifat yang mulia yang menyebabkan mereka patut diteladani. Seluruh kegiatan mereka baik berupa tenaga, harta, maupun pikiran, semata-mata dipergunakan untuk peribadatan secara murni, dengan tujuan ingin mendapat ridha Allah dan menjunjung tinggi kalimat tauhid.

Dengan landasan itu, mereka selalu memperingatkan kaumnya pada kehidupan akhirat yang kekal. Kenikmatan di dunia yang hanya sementara itu hendaknya dijadikan sarana untuk berbakti pada Allah, sehingga dengan demikian mereka di akhirat memperoleh kenikmatan yang tiada putus-putusnya, yang disediakan bagi hamba-hamba yang mendapatkan keridhaan-Nya. Sedang hamba-hamba yang ingkar dan selalu bergelimang dalam kesesatan hidup, akan merasakan azab yang sangat pedih.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement