REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tanda bahwa Allah SWT menempatkan seseorang di tempat yang baik adalah memberikan kedudukan yang mulia kepada orang tersebut dengan menempatkan orang itu di salah satu sifat-Nya.
Misalnya seseorang yang rajin ibadah memiliki sifat pengasih dan penyayang kepada sesama manusia.
مِنْ عَلاَمَاتِ إِقَامَةِ الْحَقِّ لَكَ فِى الشَّىْءِ : إِقَامَتُهُ إِيَّاكَ فِيهِ مَعَ حُصُولِ النَّتَائِجِ
"Di antara tanda Allah SWT menempatkan kamu di suatu tempat adalah Dia menempatkan kamu di dalamnya serta berbagai keuntungan yang bisa didapatkan." (Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, Al-Hikam)
Di antara tanda bahwa Allah SWT memberikan kedudukan mulia kepada kamu di hadapan-Nya adalah ketika kamu ditempatkan di salah satu sifat-Nya yang mulia.
Sebagaimana kamu ketahui bahwa Allah SWT memiliki berbagai sifat, di antaranya ada yang menunjukkan kemuliaan, seperti Mahaagung, Mahamulia, Mahapengasih, Mahapenyayang, dan lain sebagainya.
Ada juga sifat yang menunjukkan keagungan, seperti Mahaperkasa dan Mahatinggi, dan lain sebagainya.
Jika seorang hamba rajin beribadah, kemudian memiliki sifat-sifat kemuliaan, itu artinya Allah SWT telah menempatkannya di posisi yang baik dan dihubungkan dengan diri-Nya.
Sebaliknya, jika ibadahnya itu tidak menghasilkan apa-apa, maka ia tidak boleh menyandarkan kedudukan yang dimiliki kepada-Nya. Hal ini sebagai adab kepada Sang Penguasa. Katakanlah, bahwa setanlah yang menempatkannya dalam posisi yang tidak baik itu.
Hal ini dijelaskan penyusun syarah dan penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah 2017.