REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Pagelaran Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo membuat kota ini hiruk pikuk. Kota kelahiran Presiden Jokowi dipadadi para peserta dan penggembira perhelatan akbat tersebut.
Hal ini misalnya, sepanjang hari kemarin, lalu lintas rombongan penggembira muktamar memadati kawasan Gladak di ujung ruas jalan Slamet Riyadi. Berbagai orang berjalan kaki menyusuri kawasan masuk ke Kraton Kasunanan. Mereka berfoto ria di depan tugu yang dibangun Raja Surakarta, Pakubuwana ke XII. Raja ini terkenal sebagai penyumbang dan pendukung besar organisasi Islam, misalnya menjadi pendukung utama Sarikat Islam di awal 1900-an.
''Saya datang dari Martapura, Kalimantan Selatan. Kami datang pagi tadi naik pesawat dengan teman sebanyak 30 orang. Rombongan penggembira muktamar di Kalimantan dibelakang kami masih banyak. Jumlah ratusan orang. Mereka datang naik pesawat terbang turun di Bandara Adi Sumarno Solo dari semalam hingga nanti malam,'' kata ibu Afni dari Martapura ketika ditemui di kawasan Gladak, Solo, Jumat (18/11/2012).
Dosen dari Universitas Muhammadiyah Malang, Yunan, mengatakan ia bersama rekan-rekannya sengaja naik motor dari Malang ke Solo. Mereka sadar akan susah masuk kota itu karena pasti lalu lintas macet.''Sengaja kami tak naik mobil karena pasti akan macet. Kami memilih naik sepeda motor saja. Santai. Nanti malam jam 20.00 diperkirakan baru sampai,''katanya.
Hotl dan penginapan di Solo hari ini juga penuh sesak. Banyak hotel yang sudah menolak tamu karena tak ada lagi persediaan kamar. Bahkan, harga kamar hotel kini sudah naik hingga dua kali lipat. Namun permintaan masih membludag. ''Kebetulan banyak event di Solo pekan ini. Jadi kamar terjual penuh,'' kata seorang resesionis sebuah hotel di Jalan Slamet Riyadi.
Selain berkunjung ke berbagau situs kerajaan Mataram Islam yang ada di Solo, masjid sumbangan dari raja Abu Dhabi juga menarik pengunjung muktamar. Apalagi masjid itu megah.''Untungnya naik bus kota di Solo gratis. Ke mana-mana mudah. Pokoknya keren Mas Gibran selaku wali kota Solo,'' kata Uni Syifa yang datang dari Sumatra Barat.