REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Lembaga otonom persyarikatan Muhammadiyah, Aisyiyah siap menampung kader-kader muda potensial untuk masuk dalam jajaran kepengurusan demi memperkuat dakwah Islam berkemajuan.
"Tantangan dakwah ke depan sangat berat. Para pemimpin Aisyiyah harus mampu membangun kultur organisasi baru, beradaptasi, dan melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam strategi dakwahnya," ujar Sekretaris Pimpinan Pusat Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah, dalam diskusi yang diikuti dari Jakarta, Rabu (9/22/2022).
Tri Hastuti menjelaskan, dalam pemilihan kepemimpinan Aisyiyah pada Muktamar ke-48 mendatang, sudah ada 105 nama yang akan dipilih dari Tanwir Aisyiyah. Dari 105 nama itu akan dipilih menjadi 39 orang di muktamar nanti.
Nantinya, nama-nama yang terpilih akan kembali dijaring untuk kemudian ditetapkan sebagai pimpinan Aisyiyah periode berikutnya.
"Kalau di Aisyiyah modelnya memilih 13 pemimpin, kemudian dipilih tujuh orang yang bersidang sebagai formatur. Nanti ada tambahan 10 orang, sehingga pimpinan Aisyiyah sebanyak 23 orang," kata dia.
Menurut dia, pemilihan kepemimpinan Aisyiyah dilakukan melalui formatur, prosesnya melalui musyawarah mufakat. Nantinya akan ditunjuk sebagai ketua, sekretaris, bendahara, dan seterusnya.
Kepemimpinan Aisyiyah, kata dia, seperti halnya Muhammadiyah menganut asas kolektif kolegial. Artinya, dalam mengelola organisasi setiap keputusan tidak hanya dilakukan satu orang, tapi dimusyawarahkan bersama-sama.
Di samping itu, Tri Hastuti menjelaskan soal tantangan berat ke depan, yakni masalah digitalisasi. Teknologi dari tahun ke tahun terus berkembang.
Hal ini membuat para pemimpin Aisyiyah di semua level harus memiliki kemampuan beradaptasi dalam mengelola organisasi.
Dia menyebut pengalaman di masa pandemi Covid-19 memberi dampak tersendiri. Seluruh aktivitas organisasi tidak bisa dilakukan dengan tatap muka. Karena itu, forum-forum online digelar masif.
Dengan pengalaman itu, kata dia, banyak kader Aisyiyah yang akhirnya bisa melek teknologi. Mereka dipaksa belajar cepat agar bisa menggunakan instrumen-instrumen digital.
"Hasilnya kemarin, saat simulasi e-voting, semuanya berjalan lancar. Mulai dari proses awal sampai ke bilik. Mereka benar-benar bisa maksimal dalam memanfaatkan teknologi," kata dia.