Ahad 06 Nov 2022 11:30 WIB

Museum Seni Islam Qatar Siap Sambut Piala Dunia, Perkenalkan Alquran Hingga Manuskrip

Museum Seni Islam Qatar perkenalkan sejarah ke para pengunjung Piala Dunia

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Warga berjalan di sekitar lokasi Jam Hitung Mundur Piala Dunia Qatar 2022 di Doha, Qatar, pada 20 Oktober 2022.
Foto:

“Kami memiliki satu galeri yang dikhususkan untuk dunia Arab dan pergi ke timur Jalur Sutra melalui Iran, Asia Tengah, kemudian menyebar ke barat, ke Andalusia, kami memiliki dua galeri yang didedikasikan untuk Spanyol,” ujarnya. 

Galeri-galeri ini bertujuan untuk menunjukkan kekayaan bahan yanh digunakan dalam seni Islam sepanjang zaman, termasuk karpet dan tekstil, manuskrip, keramik, kayu, gading, logam, batu dan kaca, yang membentang dari Spanyol dan Afrika Utara hingga China.  

Pengunjung dapat melihat Sitara (tekstil dekoratif besar) dari Kabah Suci, salinan risalah al-Sufi tentang bintang-bintang tetap, mangkuk biru-putih era Abbasiyah dan langit-langit Spanyol pasca-Islam di galeri-galeri itu.

Level tiga berfokus pada seni dan masyarakat abad ke-11 hingga ke-19. Galeri utama mengeksplorasi tiga kerajaan 'Bubuk Mesiu': Ottoman, Safawi dan Mughal, dengan galeri baru tambahan yang didedikasikan untuk Cina dan Asia Tenggara, bagian yang sering diabaikan dari wacana Islam, meskipun saat ini memiliki komunitas Muslim terbesar di seluruh dunia.

Perombakan MIA juga memberikan kesempatan untuk meningkatkan museum, mengintegrasikan teknologi baru – dari tampilan interaktif dan audio yang imersif hingga elemen multi-indera, seperti puisi Persia dan wewangian rempah-rempah dan parfum Silk Road – semuanya untuk meningkatkan pengalaman pengunjung.

“(Teknologi baru ini) harus memberikan lebih banyak konteks. Contohnya adalah aplikasi keluarga baru kami yang memperkenalkan untuk apa astrolabe digunakan dan bagaimana, atau menjelaskan bagaimana perhiasan sebenarnya dipakai, karena orang-orang yang tidak berasal dari belahan dunia ini mungkin tidak menyadari bahwa banyak perhiasan yang sebenarnya dipakai laki-laki," kata Gonnella. 

“Kami juga akan menayangkan film-film untuk memperkenalkan wilayah sejarah-geografis yang berbeda untuk memberikan kesan dari mana sebenarnya objek-objek itu berasal,” tambahnya. 

Museum bukan lagi kuil seni sakral tetapi pengalamannya menjadi lebih holistik untuk mendukung orang-orang dalam mendapatkan pandangan yang lebih komprehensif tentang konteks dan mengapa objek yang dipamerkan itu penting. 

Selama Oktober, MIA akan menampilkan pameran baru, "Baghdad: Eye's Delight," yang akan berfokus pada warisan Baghdad sebagai ibu kota khalifah Abbasiyah (750-1258 M) dan warisannya pada abad ke-20 sebagai pusat budaya dan perdagangan budaya. Pameran akan berlangsung hingga 23 Februari 2023.

 

 

Sumber: alaraby  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement