Ahad 06 Nov 2022 11:30 WIB

Museum Seni Islam Qatar Siap Sambut Piala Dunia, Perkenalkan Alquran Hingga Manuskrip

Museum Seni Islam Qatar perkenalkan sejarah ke para pengunjung Piala Dunia

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Warga berjalan di sekitar lokasi Jam Hitung Mundur Piala Dunia Qatar 2022 di Doha, Qatar, pada 20 Oktober 2022.
Foto: EPA-EFE/NOUSHAD THEKKAYIL
Warga berjalan di sekitar lokasi Jam Hitung Mundur Piala Dunia Qatar 2022 di Doha, Qatar, pada 20 Oktober 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA — Museum Seni Islam Doha dibuka kembali awal Oktober ini, setelah renovasi besar-besaran dan perombakan cara menampilkan koleksinya. Museum yang sempat ditutup pada April 2021, kini telah ditata ulang dan siap menerima arus pengunjung yang diharapkan untuk Piala Dunia FIFA Qatar 2022. 

“Saya merasa terhormat untuk memimpin institusi luar biasa ini ke babak berikutnya,” kata Direktur MIA, Julia Gonnella, dilansir dari Alaraby, Sabtu (5/11/2022). 

Baca Juga

Menurutnya, fasilitas galeri dan banyak lagi telah ditingkatkan sehingga akan memberikan pengalaman yang lebih bermakna bagi para pengunjung, sehingga mereka bisa menjelajahi sejarah luas Dunia Islam yang kaya melalui koleksi museum. 

Museum yang dirancang arsitek pemenang Hadiah Pritzker IM Pei, MIA pertama kali dibuka pada 2008 dan tetap menjadi satu-satunya museum di dunia yang memberikan pandangan komprehensif tentang seni Islam di tiga benua, lebih dari 1.400 tahun dari abad ke-7 hingga ke-20. 

Lebih dari 1.000 objek, termasuk beberapa bagian yang baru diperoleh, sekarang dipajang di galeri permanen museum untuk pertama kalinya.

Jejak pengunjung baru akan membantu memberikan narasi dan konteks pada mahakarya yang dipamerkan, dengan sumber daya seluler dan ramah anak baru untuk membuat museum lebih mudah diakses keluarga dan pengunjung yang lebih muda. Galeri sekarang diatur menurut tema sejarah dan budaya yang luas, periode dan geografi. 

Gonnella menuturkan, MIA adalah salah satu museum yang sangat indah di kawasan ini, namun pada awal- awal, museum tidak memiliki jejak pengunjung dan konteks tertentu. Karena itu kemudian dirubah dan diberikan jalan cerita, menjadikannya lebih sebagai museum budaya, bukan hanya seni dan benda yang terlihat indah. 

“Kami memiliki sekitar 70 persen dari objek yang sekarang dipajang karena beberapa di antaranya ada di gudang,” ujar Gonnella.  

“Perubahan paling penting adalah galeri, yang sekarang memiliki jejak pengunjung. Kami memiliki 18 galeri di dua tingkat, mulai dari Spanyol hingga China,” tuturnya. 

Area Majelis di lantai dasar adalah tempat sebagian besar pengunjung akan memulai perjalanan mereka. Bila dulu digunakan sebagai aula resepsi sekarang menjadi ruang imersif dengan film yang merinci sejarah dan signifikansi arsitektur MIA. 

Galeri pertama di lantai pertama sekarang memamerkan beberapa mahakarya MIA, benda-benda berharga karena signifikansi sejarah dan budayanya, yang didedikasikan untuk awal mula Islam.  

Galeri ini menyoroti objek seperti Cavour Vase abad ke-13, kalung Mughal Varanasi abad ke-18, dan permadani Franchetti dari Iran abad ke-16. 

Baca juga: Ritual Sholat Memukau Mualaf Iin Anita dan Penantian 7 Tahun Hidayah Akhirnya Terjawab 

Sebuah galeri yang didedikasikan untuk Alquran juga menampilkan beberapa teks dan tablet langka dengan ayat-ayat di atasnya, dengan rekaman doa memenuhi aula. 

“Kami sekarang telah memperkenalkan seluruh sayap yang disebut Dunya w Deen (Dunia dan Agama) tentang Khilafah di seluruh dunia,” kata Gonnella.  

Kemudian museum juga memiliki bagian baru tentang kehidupan beragama, masyarakat, diikuti oleh bagian pembelajaran dan sains karena ini merupakan bagian yang sangat penting dari agama. Museum juga memiliki bagian penyebaran Islam, yang tentu saja dimulai di Makkah, Madinah, hingga ke dunia Arab.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement