REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Tentara Israel menutup dua penyeberangan yang berbatasan dengan Jalur Gaza pada Selasa (1/11/2022) waktu setempat. Penutupan ini dilakukan ketika para pemilih Israel mulai memberikan suara dalam pemilihan legislatif negara tersebut.
Dua penyebarangan yang ditutup adalah Kerem Shalom dan Erez. Penutupan tersebut, seperti dilansir Yeni Safak, Selasa (1/11/2022), merupakan bagian dari penutupan 24 jam yang diberlakukan oleh Israel di wilayah Palestina selama hari pemilihan Israel.
Penutupan semacam itu adalah praktik standar selama hari libur dan pemilihan Yahudi, yang menurut militer adalah tindakan pencegahan. Semua izin masuk yang diperoleh pekerja Palestina ditangguhkan selama penutupan.
Tentara Israel mengatakan penyeberangan perbatasan akan dibuka kembali tergantung penilaian situasional. Pasukan Israel juga melakukan hal merugikan lain kepada warga Palestina di Gaza.
Kepala Sindikat Nelayan Palestina, Nizar Ayyash, mengatakan, pasukan angkatan laut Israel menahan empat nelayan Palestina dan menyita perahu mereka di lepas pantai Gaza karena melanggar zona penangkapan ikan. Namun hingga kini tidak ada tanggapan dari militer Israel atas laporan tersebut.
Nelayan Palestina sering mengalami kerugian dan penindasan akibat pelanggaran yang dilakukan oleh Israel. Militer Israel berusaha menenggelamkan kapal Palestina di laut, menembaki kapal-kapal warga Palestina, dan mempersempit area penangkapan ikan untuk waktu yang lama.
Awal Oktober lalu, pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah nelayan Palestina di lepas pantai Jalur Gaza. Saat angkatan laut Israel melepaskan tembakan, para nelayan hanya berjarak tiga mil laut dari pantai. Mereka pun terpaksa kembali ke pelabuhan nelayan kecil Gaza.
Organisasi hak asasi manusia di Gaza telah mendokumentasikan ratusan pelanggaran Israel terhadap nelayan Palestina sejak Oktober 2000. Perahu mereka telah rusak, hancur atau disita, dan banyak yang terbunuh dan terluka oleh angkatan laut pendudukan Israel. Padahal ada perjanjian Israel-Palestina yang memungkinkan nelayan bekerja di lepas pantai Gaza hingga 12 mil laut.
Angkatan laut Israel menyerang nelayan hampir setiap hari dan tidak mengizinkan mereka berlayar lebih dari tiga mil laut. Para nelayan bersikeras bahwa ini tidak cukup untuk menangkap sejumlah ikan yang layak secara komersial.
Tak hanya ke nelayan, pasukan Israel juga melesatkan tembakan ke arah para petani Palestina yang bekerja di tanah mereka di Borat Abu Samra di utara kota Beit Lahiya di Jalur Gaza. Mereka terpaksa mencari keselamatan jauh dari peternakan mereka.
Jutaan penduduk Gaza kini masih tetap berada di bawah pendudukan "pengendali jarak jauh" dan pengepungan ketat, yang telah menghancurkan ekonomi lokal, mencekik mata pencaharian Palestina, menjerumuskan mereka ke tingkat pengangguran dan kemiskinan.
Penduduk Palestina di Gaza juga terputus dari sisa wilayah pendudukan Palestina. Warga Gaza tetap menduduki wilayah tersebut, tetapi tidak memiliki kendali atas perbatasan, perairan teritorial atau wilayah udaranya. Sementara Israel gagal memenuhi kebutuhan dasar warga sipil Palestina yang tinggal di wilayah itu.