REPUBLIKA.CO.ID,RIYADH–Badan perdagangan dan investasi Brasil, Apex, telah menandatangani perjanjian dengan Kamar Dagang Arab Saudi yang bertujuan untuk meningkatkan ekspor produk makanan ke negara-negara Muslim. Keputusan ini dijelaskan dalam sebuah pernyataan pada Kamis, (20/10/2022).
Merrka berencana untuk mempromosikan penjualan bahan makanan bernilai lebih tinggi serta membangun ikatan kuat yang telah dibangun Brasil dan negara-negara Islam selama bertahun-tahun. Hal ini untuk memperdagangkan produk pertanian yang belum diproses.
Dilansir dari Middle East Monitor, Kamis (20/10/2022), Brasil adalah pemasok makanan dan minuman terbesar kedua di dunia untuk dunia Muslim, setelah India. Tetapi sebagian besar menjual komoditas mentah termasuk gula, kedelai, ayam dan jagung, kata pernyataan itu.
Perjanjian tersebut memperkirakan investasi bersama dengan nilai lebih dari Rp 31 miliar selama 30 bulan untuk mendiversifikasi ekspor. Inisiatif ini mencakup subsidi untuk perusahaan makanan Brasil yang tertarik untuk mengajukan sertifikasi halal untuk produk mereka.
Memperoleh sertifikasi halal berarti suatu produk akan cocok untuk dikonsumsi dalam masyarakat Muslim, di mana makanan hanya diperbolehkan jika disiapkan sesuai dengan persyaratan tertentu.
Sekretaris Jenderal Kamar Dagang Saudi, Tamer Mansour mengatakan dalam pernyataannya bahwa mereka bertujuan untuk memungkinkan 500 eksportir makanan dan minuman Brasil yang potensial untuk berpartisipasi dalam perdagangan makanan halal global.
Saat ini, pasar halal terdiri dari 1,9 miliar konsumen, dan bernilai Rp 15 kuadriliun per tahun, menurut pernyataan itu yang mengutip laporan State of the Global Islamic Economy 2022.
Selain memperluas perdagangan dengan 22 negara Liga Arab, kesepakatan tersebut akan berupaya untuk meningkatkan ekspor Brasil ke Malaysia dan Indonesia. Ini juga akan bertujuan untuk lebih banyak penjualan makanan bersertifikat halal ke negara-negara minoritas Muslim seperti Prancis, Jerman dan Inggris.
Pada tahun 2021, Brasil mengekspor makanan dan minuman ke 57 negara Organisasi Kerjasama Islam dengan nilai Rp 249 triliun. Itu mewakili 7,2 persen dari total impor oleh segmen tersebut.