Sabtu 22 Oct 2022 00:15 WIB

Cerita Keluarga Penjaga Jubah Nabi Muhammad Selama 13 Abad di Turki

Keluarga ini keturunan langsung Hazrat Owais Qarni yang dihadiahi jubah Nabi SAW.

Rep: mgrol135/ Red: Ani Nursalikah
Jubah Nabi Muhammad SAW atau Hirka-i Sharif yang dijaga selama 13 abad oleh sebuah keluarga di Turki. Cerita Keluarga Penjaga Jubah Nabi Muhammad Selama 13 Abad di Turki
Foto:

“Misi kami merupakan yang sangat terhormat. Berapa banyak keluarga di dunia yang mengetahui silsilah mereka sejak 59 generasi?,” kata Samir, penduduk asli Istanbul berusia 45 tahun, yang merupakan insinyur mesin.

Kisah Owais Qarni telah menarik perhatian para cendekiawan Muslim selama berabad-abad. Dia memiliki status khusus dalam Islam dan dianggap sebagai sahabat Nabi Muhammad meskipun keduanya tidak pernah bertemu.

Berasal dari Yaman, Qarni berangkat ke Madinah untuk melihat Nabi tetapi harus kembali untuk merawat ibunya yang sakit. Setelah mendengar tentang bagaimana seorang pria yang berbakti kepada ibunya pergi tanpa bertemu dengannya, Nabi meminta dua sahabatnya yang paling tepercaya, Omar dan Ali untuk menyerahkan jubahnya kepada orang Yaman itu.

Sejak saat itu, keturunan Owais Qarni menjadi penjaga kain berwarna emas yang terkenal. Sementara Qarni tidak dapat melihat Nabi secara langsung karena keadaan, banyak orang mengklaim bahwa mereka bertemu secara spiritual, hal itu yang membuat Qarni meninggikan status diantara para sufi.

Namun, jubah itu menarik pengakuan dan perhatian, yang dibenci oleh Qarni, yang mempunyai kepribadian yang tertutup dan kesepian dalam tradisi Islam. Di kemudian hari, Qarni akhirnya pindah ke Irak utara di mana ia gugur dalam pertempuran bersama Ali, menantu Nabi dan khalifah Rashidun keempat, melawan Muawiyah, khalifah Umayyah kemudian. Ia gugur pada pertempuran Siffin pada 657, dekat Raqqa modern di Suriah utara.

Menurut Muslim Sunni, kekhalifahan Rashidun mengacu pada empat khalifah yang menggantikan Nabi ketika dia meninggal dan dianggap dibimbing dengan benar. Keluarga Qarni tinggal di Irak sampai abad kesembilan, dengan hati-hati menjaga jubah, sampai mereka terpaksa pindah ke Turki Barat, menetap di Kusadasi, sebuah kota Aegean yang indah.

“Kami tidak memiliki dokumentasi yang menjelaskan mengapa kami berada di Kusadasi. Tampaknya keluarga memutuskan membuat rumah mereka di sini karena aman. Mereka tinggal di sana sampai 1611,” kata samir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement