REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan bahwa agama memerintahkan untuk tidak mewariskan generasi lemah.
Narasi yang dibangun untuk mencegah stunting sesuai dengan narasi yang pernah disabdakan Nabi Muhammad SAW.
"Narasi yang dibangun untuk menyadarkan pentingnya mencegah stunting, menurut hemat kami adalah narasi yang pernah disabdakan langsung oleh Rasulullah (Nabi Muhammad SAW), yaitu mukmin yang lebih baik dan kuat itu lebih dicintai oleh Allah SWT daripada mukmin yang lemah," kata Menag saat menyampaikan pidato dalam Halaqah Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Dai dan Daiyah untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting di Istana Wakil Presiden, Kamis (6/10/2022).
Menag mengatakan, salah satu upaya untuk menjadi mukmin yang dicintai Allah SWT dengan cara tumbuh dengan optimal, baik secara fisik maupun mental.
Membangun narasi agar menjadi Muslim yang kuat tentu tidak mudah, diperlukan individu yang tulus ikhlas mengabdi untuk agama dan kemanusiaan, serta butuh individu yang punya kreativitas.
"Saya kira mentalitas ini terdapat pada diri para penyuluh (agama), dai dan daiyah," ujar Menag.
Menag mengungkapkan, penyuluh agama honornya hanya Rp 1 juta per bulan, tapi kerjanya sulit diukur karena berat sekali. Untuk itu, mohon jika Wakil Presiden berkenan diusulkan honornya supaya naik.
Menag menambahkan, tantangan penceramah juga tidak mudah. Karena dalam memberikan pesan dakwah untuk menyampaikan narasi stunting ini perlu pemahaman, dan memahamkan masyarakat juga pekerjaan yang tidak bisa dilakukan hanya sekali.
Untuk itu, Kemenag telah menjadikan isu ketahanan keluarga termasuk di dalamnya kesehatan sebagai perhatian.
"Kita tahu bersama keluarga adalah institusi yang menjadi awal lahirnya generasi penerus bangsa, dari keluarga ini calon pemimpin bangsa mendapat pendidikan dan bimbingan terbaik, oleh karena itu mempersiapkan keluarga harus dimulai dengan edukasi yang komprehensif tentang keluarga dan aspek-aspek terkait," jelas Menag.