Selasa 04 Oct 2022 01:25 WIB

Yusuf Qaradawi dalam Pandangan Masyarakat India

Dia dihormati oleh para intelektual dari seluruh spektrum Islam.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
 Orang-orang membawa peti mati ulama Muslim terkemuka Sheikh Yusuf al-Qaradawi di Doha, Qatar, 27 September 2022. Akun Twitter resmi Al-Qaradawi mengumumkan pada 26 September 2022 bahwa ulama kelahiran Mesir itu telah meninggal pada usia 96 tahun.
Foto:

Demikian pula, Faiz Babu, seorang aktivis sosial di Kerala, mengatakan bahwa Qaradawi memandang fikih sebagai alat pemecahan masalah daripada hanya tradisi. Sementara sebagian besar siswa Indianya berasal dari Kerala, MEE berbicara dengan seorang sarjana India yang dikenal mempelajari kehidupan dan karya-karya Qaradawi yang datang dari Utara lebih jauh. Masood Alam Falahi, dari negara bagian Uttar Pradesh, tinggal di Qatar dari 2007-2009 dan menulis banyak buku tentang dia, di samping disertasi PhD tentang karya-karya Qaradawi.

Karya-karya Falahi mencakup pemikiran, fikih dan literatur Qaradawi, khususnya fikih minoritas (fiqh al-aqalliyyat) dan fikih prioritas (fiqh al-awlawiyyat). “Pendekatannya adalah moderasi. Dia menentang fanatisme dan ekstremisme, agama atau sektarian, dalam pemikiran, yurisprudensi, dan perilaku," katanya.

“Buku-bukunya Fiqh al Lahw w al-Tarweeh (Hukum Hiburan dan Rekreasi) dan Fiqh al Ghena w al-Mausiqi (Fikmah Menyanyi dan Musik) mencari jalan tengah antara kelebihan dan kelalaian. Dia ingin membuat masalah menjadi mudah bagi umat Islam," tambahnya.

Adapun pengaruh Qaradawi di India, Falahi mengatakan dia memiliki kontak dekat dengan semua kelompok Islam. Dia mengunjungi Darul Uloom Nadwatul Ulama di Lucknow, Jamiatul Falah dan Darul Musannefin Shibli Academy di Azamgarh, dan Jamia Nizamia di Hyderabad. Lembaga-lembaga ini secara luas mewakili Salafi, Sufi dan ideologi Islam.

Ketika Qaradawi meninggalkan Mesir pada 1961, ia berbasis di kawasan Teluk, yang didominasi oleh mazhab Hanbali, yang sangat tekstual. “Namun, dia tidak memprovokasi mereka,” kata Sadic K Mohamed, mantan mahasiswa lain di Institut Keagamaan yang berbasis di Doha.

 

“Qaradawi bersikap lembut dalam menghadapi kelompok garis keras Hanbali. Dia berdebat dengan mereka dengan hormat," tambahnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement