REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ulil Abshar Abdalla yang akrab disapa Gus Ulil, menyampaikan, PBNU sekarang sedang merencanakan serial halaqah yang ambisius.
"Ada 250 halaqah plus 50, artinya ada 250 halaqah utama dan 50 halaqah ikutannya," kata Gus Ulil saat membuka Halaqah Fikih Peradaban bertema Fiqih Siyasah dan Tatanan Dunia Baru di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo, Jawa Timur, Ahad (2/10/2022).
Gus Ulil menyampaikan, halaqah ini akan dilaksanakan oleh PBNU selama lima bulan. Setiap bulan tidak kurang dari 60 halaqah dilaksanakan. Artinya setiap hari ada dua halaqah yang diselenggarakan di berbagai tempat di seluruh Indonesia.
Menurutnya, gelaran halaqah fikih peradaban ini memang agak ambisius. Program ini digagas oleh PBNU, terutama oleh Ketua Umum PBNU Gus Yahya Cholil Staquf. Ini program Gus Yahya yang diimpikannya jauh sebelum menjadi ketua umum PBNU. Jadi Gus Yahya sudah menggagas halaqah fikih peradaban sejak tahun 2019.
"Kenapa (halaqah ini digelar dalam waktu) lima bulan dan kenapa diadakan sampai 250 halaqah plus 50 halaqah, karena halaqah ini diadakan sebagai rangkaian dari serial halaqah untuk menyambut perayaan satu abad NU yang akan jatuh pada 7 Februari 2023," ujar Gus Ulil.
Gus Ulil mengatakan, pada 7 Februari 2023 akan diadakan puncak perayaan satu abad NU, Insya Allah tempatnya di Jakarta. Sebelum itu akan diadakan muktamar Internasional fiqih peradaban di Jakarta. Mengundang sekitar 300 ulama dan kiai dari seluruh dunia.
Ia menjelaskan, untuk menyambut muktamar internasional fikih peradaban itu diadakan serangkaian halaqah di berbagai tempat. Tujuan PBNU melibatkan para kiai untuk memberikan masukan bagi muktamar internasional fikih peradaban yang akan dilaksanakan tahun depan.
Ia menerangkan, artinya halaqah yang dilaksanakan di Pesantren Nurul Jadid adalah salah satu halaqah yang memberikan kontribusi bagi muktamar internasional fiqih peradaban.
"Jadi saya berharap di akhir halaqah ini ada satu rumusan dan satu keputusan yang diusulkan ke PBNU untuk memperkaya diskusi di muktamar internasional pada Februari mendatang," jelas Gus Ulil.
Ia mengatakan, Insya Allah halaqah ini akan menghidupkan kembali percakapan ilmiah di kalangan kiai. Gus Yahya berpesan halaqah ini diadakan di pesantren dan pesertanya kiai, tidak boleh diadakan di perguruan tinggi walau di perguruan tinggi NU. Halaqah harus dilaksanakan dari pesantren yang ada di pusat kota sampai pelosok daerah.
"Semoga halaqah PBNU yang ambisius ini bisa kami tuntaskan Januari 2023, ini bukan tugas yang mudah karena mengelola halaqah 300 dalam lima bulan tidak mudah, mohon doanya semoga acara ini sukses dan diberkahi Allah, bisa menjadi sumbangan NU di dalam diplomasi global yang akan dilakukan Gus Yahya pada tahun-tahun mendatang," jelas Gus Ulil.