Sabtu 24 Sep 2022 10:49 WIB

Melihat Kiprah Dai Tangguh yang Tugas Dakwah di Daerah Minoritas

Dai Tangguh adalah sosok pribadi yang telah mumpuni untuk mendapat tugas dakwah.

  Tim BMH bersama DPW Hidayatullah dan Pos Dai Sumut menengok kiprah Dai Tangguh di Dusun Lau Siramben, Desa Sitinjo,  Kecamatan  Sitinjo,  Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, Rabu (21/9/2022).
Foto: Dok BMH
Tim BMH bersama DPW Hidayatullah dan Pos Dai Sumut menengok kiprah Dai Tangguh di Dusun Lau Siramben, Desa Sitinjo, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, Rabu (21/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, SIDIKALANG -- Laznas BMH menjadikan program dakwah dan pendidikan sebagai pioner dari semua kegiatan yang dilakukan. Sejalan dengan itu, Dai Tangguh adalah program yang dihadirkan untuk menjawab kebutuhan ummat terhadap minimnya sosok yang siap tugas dakwah ke berbagai daerah, khususnya ke daerah 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal) dan minoritas. 

Pada Rabu (21/9/2022) tim BMH bersama DPW Hidayatullah dan Pos Dai Sumut tiba pukul 12.40 WIB di Kabupaten Dairi setelah melakukan perjalanan darat kurang lebih empat jam dari kota Medan. 

Tim disambut oleh Dai Tangguh BMH, Ustadz  Milza Taga di lokasi pembangunan pesantren yang sedang dirintisnya. Tepatnya berlokasi di Dusun Lau Siramben, Desa Sitinjo,  Kecamatan  Sitinjo,  Kabupaten Dairi. 

"Kedatangan ini dimaksudkan untuk menguatkan kiprah para Dai Tangguh dalam bertugas dengan memberikan motivasi, menjaga spirit dakwah, mengarahkan perencanaan program, memberi masukan dan mengevaluasi capaian pelaksanaan kegiatan. Di samping itu juga meng-update perkembangan dakwah yang terus bergerak dinamis dan sangat signifikan,"  jelas Lukman BAMS, selaku kepala BMH Perwakilan Sumut dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (22/9/2022). 

Dai Tangguh adalah sosok pribadi yang telah mumpuni untuk mendapat tugas dakwah. Hadirnya Dai Tangguh  menjadi penggerak berbagai kegiatan kebaikan di masyarakat. 

Sebagaimana dengan Dai Tangguh lainnya, Ustadz  Milza Taga yang ditugaskan ke Dairi sejak 2 tahun yang lalu, secara bertahap kiprah dan karyanya semakin terlihat dan membumi. Di lahan wakaf seluas 2.600 m², kini telah berdiri 1 unit rumah pengasuh yang sangat representatif dan pondasi masjid ukuran 10x10 M² dengan anggaran keseluruhan direncanakan Rp  400 juta. 

"Kami bergerak secara alamiah saja, tidak ada pemodal atau donatur khusus yang mendanai pembangunan ini," jelas Ustadz  Milza menjawab pertanyaan tentang sumber dukungan kegiatannya. "Semuanya diikhtiarkan melalui merawat ibadah, kuatkan munajat dan gencarkan silaturahim baik off line maupun on line,"  ucapnya penuh keyakinan. 

"Untuk program fisik, sejak kami tugas di sini, fokus pada pembangunan rumah dan masjid. Alhamdulillah, rumah sudah rampung. Setahun lebih kami numpang di rumah kebun milik tetangga,"  ujar Milza sambil menunjuk rumah tersebut. "Selanjutnya, membangun masjid, ini sedang kami upayakan.  Mohon doanya,"   tambah pria asal Aceh yang  mengemban tugas dakwah di kabupaten dengan populasi Muslim 15,6 persen dari 318.616 jiwa penduduk. 

“Selain itu, kami aktif mengajar ngaji anak-anak desa setiap hari. Lokasi nya di mushalla desa sebelah. Jaraknya relatif dekat. Terjangkau,” ujarnya. 

Lukman mengemukakn, donasi yang dititipkan di BMH menjadi bagian penting untuk kelancaran dan terjaganya semangat Dai Tangguh dalam menjalankan tugas di daerah. Dengan dana tersebut,  BMH mendukung  para dai dengan Kafalah atau Tunjangan Biaya Hidup Dai.  “Zakat, infak   dan wakaf  Bapak Ibu, semoga menjadi jembatan terangnya cahaya Islam di bumi Indonesia,” kata Lukman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement