Rabu 21 Sep 2022 09:15 WIB

Nasib Muslim Sri Lanka Usai Perang Saudara

Muslim Sri Lanka tidak diakui secara resmi sebagai pengungsi internal.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Muslim Sri Langka
Foto:

Dalam serangkaian serangan antara Juli dan September 1990, LTTE disebut telah membunuh lebih dari 300 Muslim di dalam dua masjid di kota timur Batticaloa. Sementara penjaga rumah Muslim dan tentara Sri Lanka diduga membunuh lebih dari 220 orang Tamil di Sathurukondan di timur dan Puthukkudiyiruppu di utara.

Menurut perkiraan Badan Pengungsi PBB, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), Rajabdi dan keluarganya termasuk di antara 112 ribu Muslim yang diusir secara paksa, dan kehilangan tanah mereka selama perang.

Beberapa proyek pemerintah memfasilitasi pemukiman kembali pengungsi Tamil setelah perang. Akan tetapi Muslim, yang merupakan 9,7 persen dari 22 juta penduduk Sri Lanka, tidak menerima banyak bantuan.

Seorang advokat perdamaian dan aktivis hak-hak perempuan, Shreen Abdul Saroor mengatakan, Pemerintah tidak pernah secara resmi mengakui Muslim sebagai pengungsi internal.

Menurut Saroor, perkiraan tidak resmi menunjukkan keluarga dari 112 ribu Muslim yang terlantar telah berkembang selama bertahun-tahun, sehingga jumlah totalnya menjadi 300 ribu. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 260 ribu masih tinggal di kamp-kamp dan di tempat lain di timur, barat dan utara provinsi tengah. Sementara itu hanya 40 ribu orang yang telah bermukim kembali di utara.

“Sumber mata pencaharian bagi umat Islam, yang terutama menjadi pertanian, perikanan dan bisnis ritel, terbatas di utara,” kata Saroor. Kemudian menambahkan bahwa LTTE dan tentara Sri Lanka mengambil tanah milik umat Islam setelah penggusuran.

Di samping itu, Mantan menteri pemukiman kembali Sri Lanka Rishad Bathiudeen, yang seorang Muslim, bernegosiasi dengan beberapa organisasi Islam untuk membangun rumah bagi Muslim yang terlantar di beberapa tempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement