Selasa 20 Sep 2022 20:07 WIB

Air Mata dan Respek Penuh Buya Hamka di Puncak Ketegangan dengan Kiai Farid  

Buya Hamka menaruh rasa hormat yang tinggi kepada sosok KH Farid Ma’ruf.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Buya Hamka. Ilustrasi. Buya Hamka menaruh rasa hormat yang tinggi kepada sosok KH Farid Ma’ruf
Foto:

Dalam Sidang Tanwir di Gedoeng Muhammadiyah Yogyakarta beberapa waktu kemudian, Buya Hamka dipersilakan untuk tampil ke mimbar untuk mengklarifikasi soal tulisannya. Setelah Buya Hamka maju ke mimbar, tiba-tiba pelupuk mata Hamka dipenuhi air mata.

Dengan suara tersendat, Hamka menjelaskan bahwa semua yang ditulis di Harian Abadi tersebut bermaksud baik dan didorong oleh cintanya kepada Muhammadiyah. 

Namun, jika tulisannya itu menyinggung perasaan Kiai Farid Ma’ruf yang sangat dicintainya, Buya Hamka menyatakan sangat menyesal, memohon ampun dan maaf kepada Kiai Farid Ma’ruf.

Setelah Buya Hamka, Kiai Farid Ma’ruf pun tampil di mimbar sembari membawa map berisi berkas-berkas. Karena, ia mengira dalam forum itu Buya Hamka akan menyerangnya bertubi-tubi. 

Namun, ternyata Buya Hamka justru tidak menyerangnya, tapi malah minta ampun kepadanya di depan umum.

Dengan suara datar dan wajah tenang, Kiai Farid Ma’ruf kemudian juga menjelaskan bahwa kesediaan Moelyadi menerima jabatan Menteri Sosial itu juga demi Muhammadiyah, untuk membantu amal sosial Muhammadiyah. 

Karena, menurut Kiai Farid, kondisi saat itu masih tetap diperlukan adanya kerjasama antara Muhammadiyah dan pemerintah.

Pada intinya, perdebatan antara Kiai Farid dengan Buya Hamka sebenarnya sama-sama didorong niat baik. Namun, jika pendirianya dinyatakan salah dan dikhawatirkan membawa Muhammadiyah ke Istana, Kiai Farid Ma’ruf juga siap untuk mengundurkan diri. Ia berkata, “Maka dengan ikhlas saya mengundurkan diri dari Pimpinan Pusat ….”

Namun, belum selesai kalimat itu diucapkan, Buya Hamka tiba-tiba berdiri dan mengacungkan tangan. “Pimpinan! jangan saudara Farid mundur. Kita sangat membutuhkan dia. Saya, Hamka yang harus mundur….”.

Mendengar itu, Kiai Farid Ma’ruf pun menghentikan pidatonya. Ia lalu turun menuju Buya Hamka. Hamka pun menyongsong Kiai Farid. Keduanya lalu berpelukan dengan air mata bercucuran. 

 

Semua tertegun dan disusul dengan ucapan hamdalah, tepuk tangan, dan bahkan ada yang bertakbir. Persoalan pun selesai. Sidang Tanwir dilanjutkan untuk membicarakan agenda lain. Setelah itu muncul berita di harian Abadi berjudul, Muhammadiyah Tidak Pecah!     

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement