Profesor di Sekolah Pendidikan Denmark di Universitas Aarhus Iram Khawaja mengatakan larangan itu akan menciptakan lebih banyak masalah daripada menyelesaikannya. Dia juga salah satu pendiri Jaringan Psikologi Profesional Melawan Diskriminasi. Dia telah mempelajari bagaimana anak-anak dari etnis minoritas menavigasi masyarakat Denmark.
“Sebaliknya, larangan dapat menambah masalah yang lebih besar. Gadis-gadis yang sudah terkena kontrol sosial negatif akan mendapat tekanan yang meningkat,” ujarnya, dilansir dari Gulf Today, Kamis (15/9/2022).
“Termasuk bermasalah untuk menyamakan pemakaian jilbab dengan kontrol sosial negatif, karena faktanya ada juga anak perempuan yang tidak memakai jilbab yang terkena kontrol sosial negatif,” tambahnya.
Tidak semua orang Denmark tampaknya menyambut baik pelarangan jilbab. Kepala sekolah dasar dengan 700 siswa di Jutlandia Lone Jorgensen berkata ribuan orang pada 26 Agustus menggelar protes dua hari setelah proposal pelarangan jilbab diumumkan ke publik.
Bidan dan aktivis Lamia Ibnhsain, yang mengorganisir pawai, yang disebut “Hands off our hijabs” berkata dia menyadari suara mereka tidak terlihat di masyarakat. "Niat awal dengan demonstrasi adalah untuk turun ke jalan dan membuat suara kami didengar. Wanita Muslim yang mengenakan jilbab ada di mana-mana di masyarakat Denmark. Mereka adalah dokter, psikolog, sopir bus, dan seniman. Mereka adalah bagian dari Denmark,” kata Ibnhsain.