Sepulangnya dari Bandung, Sandra memberanikan diri untuk berterus terang meski pada akhirnya mendapati suaminya marah besar dan menuduh dengan tuduhan yang tidak berdasar seperti berselingkuh, menjual agama demi uang, dan membuat malu keluarga.
Sebagai seorang Muslim, hanya kesabaran yang dapat menguatkannya. Kalimat hinaan kepada Islam hanya dibalas Sandra dengan istighfar.
Sejak saat itu Sandra selalu dimusuhi suaminya, tidak diberi nafkah untuk belanja dan hanya memberi uang untuk anaknya saja.
Tapi Sandra tetap melakukan kewajibannya sebagai seorang istri yang mengurus pekerjaan rumah seperti mencuci, masak, dan lainnya. Hingga suatu saat suaminya sedikit luluh dan sudah kembali ada rasa sayang meski masih tidak bisa menerima jika Sandra telah beragama Islam.
Namun, suaminya bertekad untuk berpisah karena Sandra memilih untuk istiqamah di jalan Allah SWT. Sandra merasa sedikit kecewa tapi juga lega karena setidaknya dia sudah berani untuk sholat lima waktu dan tidak harus sembunyi-sembunyi seperti dulu.
Tak lama setelah suaminya tahu, warga desa mereka pun mengetahuinya dan itu sangat berdampak pada kondisi psikis Sandra. Dia mengalami gangguan stress dan sengsara secara batin.
Karena mayoritas penduduk desa beragama non-Muslim maka menjadi perbincangan hangat oleh banyak orang yang tidak percaya jika dia masuk Islam, padahal berasal dari keluarga pemuka agama.
Tersebarlah berita masuk Islamnya Sandra ke penjuru kota hingga para pemuka agama datang ke rumahnya silih berganti untuk mengajak kembali ke agama lamanya dengan melakukan perbandingan agama.
Tapi bagi Sandra telah mantap di hatinya untuk beragama Islam karena membawa ketenangan dan kedamaian meskipun ajaran agama masa lalunya lebih mudah dan tidak banyak aturan seperti Islam.
Walaupun mendapatkan banyak ujian dari suami tapi ketika sholat dan mencurahkan isi hati kepada Allah, dirinya merasa lebih tenang. Kalimat “Laa Haula Walaa Quwwata Illah Billah” menjadi andalan saat mendapatkan ujian berat dan itu membuatnya yakin bahwa Allah SWT adalah tempat berserah diri yang tepat karena Allah SWT yang Mahaagung akan memberi kemudahan disetiap kesusahan.
Kisah Sandra ini pada mulanya mendapatkan pendampingan khusus dari pendiri Mualaf Center Nasional Aya Sofya yakni Alm. Ustadz Insan LS Mokoginta saat semasa hidupnya.
Baca juga: 2 Tipe Umat Islam yang Berpotensi Picu Kerusakan Agama, Siapa Mereka?
Pada saat itu melalui negoisasi yang panjang dan rumit dan suaminya pun yang sempat menantang Ustadz Insan untuk berdebat dengan membuat kesepakatan, jika suaminya kalah berdebat maka bersedia masuk Islam seperti istrinya namun jika menang maka Ustaz Insan harus masuk agama mereka.
Pada akhirnya suami Sandra kalah tapi masih bersikukuh tidak ingin masuk Islam. Sebenarnya jika suami Sandra bersikap jujur dan serius mencari kebenaran dia akan mengakui bahwa Islam adalah agama yang benar. Suami Sandra sangat keras kepala dan mempertahankan keyakinannya dengan menolak kebenaran berdasarkan bukti-bukit dalam kitab suci agama mereka..
Tak langsung ke pengadilan untuk membuat gugatan cerai Sandra mencoba untuk mendekati suaminya, berbuat baik, meyakinkan, dan mengajaknya masuk Islam karena telah mengakui kalah saat debat dengan Ustadz Insan pada waktu itu. Namun, pada akhirnya dia harus rela bercerai dengan suaminya.