Rabu 27 Jul 2022 19:47 WIB

Diskriminasi Muslimah Bercadar Marak Terjadi di Jerman, Belanda, dan Spanyol

Penelitian di Belanda, Jerman, dan Inggris mengungkapkan diskriminasi pada Muslimah.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Muslimah. Diskriminasi Muslimah Bercadar Marak Terjadi di Jerman, Belanda, dan Spanyol
Foto: Pixabay
Ilustrasi Muslimah. Diskriminasi Muslimah Bercadar Marak Terjadi di Jerman, Belanda, dan Spanyol

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Belanda, Jerman, dan Inggris mengungkapkan diskriminasi kepada komunitas Muslimah bercadar di negara Barat. Hasilnya, muslimah bercadar ternyata memang menghadapi lebih banyak diskriminasi daripada yang lain ketika melamar pekerjaan di Jerman, Belanda dan Spanyol. 

 

Baca Juga

Universitas Utrecht di Belanda, Universitas Oxford di Inggris, dan Pusat Penelitian Integrasi dan Migrasi Jerman melakukan survei lapangan bersama tentang diskriminasi yang dihadapi oleh minoritas agama. Terutama kepada mereka yang mencari pekerjaan di tiga pasar tenaga kerja Eropa, yakni Jerman, Belanda, dan Spanyol.

 

Dilansir dari Anadolu Agency, Selasa (26/7/2022), temuan eksperimen tersebut dibagikan dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Oxford Academic bulan ini berjudul Discrimination Unveiled: A Field Experiment on the Barriers Faced by Muslim Women in Germany, the Netherlands, and Spain.

Eksperimen dilakukan dengan CV (curriculum vitae) orang yang sama dengan menggunakan konten dan informasi yang sama dengan foto bercadar dan foto terbuka.  Karena foto-foto di CV menunjukkan apakah orang itu mengenakan jilbab atau tidak, eksperimen penyelarasan lintas negara bertujuan menunjukkan sejauh mana tanggapan yang diterima orang-orang ini dari majikan berbeda.

 

Hasil di Belanda membuktikan hanya 35 persen wanita berjilbab mendapat tanggapan dari perusahaan, sementara angka ini naik menjadi 70 persen di antara mereka yang tidak memakainya. Eksperimen tersebut mengklaim skenario serupa di Jerman, menunjukkan 25 persen dari kandidat bercadar dan 53 persen dari yang bercadar menerima tanggapan.

 

Muslim paling banyak menghadapi hukuman

Muslim juga dianggap oleh masyarakat luas sebagai kelompok yang sulit diintegrasikan, terutama karena sikap peran gender konservatif dan tingkat religiusitas yang tinggi. Hal ini tampaknya bertentangan dengan nilai-nilai Eropa dan gaya hidup sekuler masyarakat Barat. 

"Ini menyajikan bukti kuat wanita Muslim bercadar didiskriminasi di Jerman dan Belanda, tetapi hanya ketika melamar pekerjaan yang membutuhkan kontak pelanggan tingkat tinggi," jelas penelitian itu. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement