Jumat 22 Jul 2022 19:21 WIB

Ramos Horta: Terorisme Bukan Berasal dari Ajaran Agama

Terorisme adalah bentuk dari misinterpretasi terhadap pesan tekstual ayat-ayat suci.

Presiden Republik Demokratik Timor Leste, Dr. José Ramos-Horta (tengah) yang juga peraih Nobel Perdamaian 1996, hadir dalam acara Seminar Internasional Pendidikan Perdamaian di Auditorium Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, pada Rabu (20/7/2022).
Foto: Doc PBSI FITK UIN Jakarta
Presiden Republik Demokratik Timor Leste, Dr. José Ramos-Horta (tengah) yang juga peraih Nobel Perdamaian 1996, hadir dalam acara Seminar Internasional Pendidikan Perdamaian di Auditorium Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, pada Rabu (20/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Republik Demokratik Timor Leste, Dr. Jose Ramos-Horta yang juga peraih Nobel Perdamaian 1996, mengatakan bahwa ajaran agama mengajak manusia untuk tetap berakar pada nilai-nilai perdamaian, bukan sebaliknya. Karena itu, upaya-upaya seperti dialog tentang rasa memahami serta toleransi pada budaya dan agama perlu dilakukan agar agama bisa turut berkontribusi besar pada masalah ekonomi, sosial, politik dalam kehidupan bermasyarakat. 

"Agama, hukum, dan perjanjian atau kesepakatan internasional harus bisa melindungi tempat-tempat ibadah. Terorisme apapun bentuknya, bukan berasal dari ajaran agama atau kepercayaan yang sebenarnya. Terorisme adalah bentuk dari misinterpretasi terhadap pesan tekstual ayat-ayat dalam kitab suci," kata Ramos Horta dalam acara ‘Seminar Internasional Pendidikan Perdamaian: Peran Islam Indonesia dalam Tatanan Dunia Berkeadilan’ di Auditorium Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, kemarin.

Menurutnya, keadilan yang berlandaskan pada nilai-nilai ajaran agama lah yang seharusnya diikuti. Ia juga menyampaikan bahwa kehidupan bermasyarakat harus berdasarkan prinsip kesetaraan hak dan kewajiban di mana semuanya merasakan keadilan. 

"Barat dan timur harus selalu menjaga hubungan baik. Perempuan dan anak-anak mempunyai akses dan hak yang sama dengan laki-laki dalam mengenyam pendidikan,’’ katanya. ‘’Agama menjamin bahwa orang tua, perempuan, dan anak-anak harus dilindungi oleh hukum.

Sementara Guru Besar UIN Jakarta, Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Indonesia mempunyai peran sangat strategis dalam membangun tatanan dunia yang berkeadilan. Sebab, karakter keislaman yang dimiliki Indonesia bisa mengakomodasi semua keragaman.

"UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai kampus di bawah Kementerian Agama juga mestinya bisa berperan aktif dan mendukung pemerintah Indonesia dalam misi diplomatik kenegaraan di tingkat regional dan global," Azyumardi Azra, seperti dikutip dari rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis 

Acara ‘Seminar Internasional Pendidikan Perdamaian: Peran Islam Indonesia dalam Tatanan Dunia Berkeadilan’ menghadirkan Ramos Horta sebagai narasumber utama. Selain Azyumardi Azra, narasumber lainnya yakni Guru Besar UIN Jakarta sekaligus aktivis filantropi Islam, Prof. Amelia Fauziah, M.A., Ph.D; serta tokoh muslim Timor Leste, Dr. Arif Abdullah Sagran, M.Si.

Acara seminar internasional pada Rabu (20/7/2022) tersebut diinisiasi oleh Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Acara yang didukung oleh rektorat ini berlangsung meriah dengan lebih dari 500 peserta dari delegasi mahasiswa dan dosen UIN Jakarta serta masyarakat umum hadir secara luring. 

Sementara, sebanyak 600 peserta ikut menghadiri secara daring. Nuansa budaya mewarnai sepanjang acara dengan tampilnya karawitan dan degung dari Pojok Seni Tarbiyah serta tarian dari Balangga Carika HMPS PBSI UIN Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement