REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman (TKK) DPD Ikatan Mahasiswa MUhammadiyah (IMM) Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar Sekolah Da’i Sebagai kegiatan awal untuk melangsungkan Pusat Studi Agama. Sekolah Da’i diselenggarakan sejak Jum’at- Ahad (15-17 Juli 2022), dengan peserta sebanyak 20 orang yang berasal dari perwakilan cabang dan daerah IMM seluruh Indonesia. Acara ini diselenggarakan di Tabligh Institute Muhammadiyah.
Dalam acara ini, Bidang TKK DPD IMM DIY turut mengundang Prof Abdul Mu’ti, Prof Yudian, Prof Wawan Gunawan, Ikhwan Ahada, Saptoni, Dr Okrisal Eka Putra dan Dr Pradana Boy selaku pemateri.
Sekolah Da’i DPD IMM DIY mengusung tema “Sekolah Da’i: Mencetak Ulama’ Intelektual.”, dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada para peserta mengenai pentingnya metodologi pengkajian hukum Islam multiperspektif dan memberikan pelatihan kepada para peserta mengenai metode dakwah yang cerah dan mencerahkan.
Pada pembukaan acara, Ketua Umum DPD IMM DIY Akmal Ahsan menyampaikan kondisi dakwah pada masa sekarang yang cenderung mengarah pada dakwah konservatif.
“Sekarang ini dinamika dakwah umat Islam cenderung mengarah pada dakwahkonservatif dan kadang kala dakwah kita juga menolak dan menyangsikan dakwah kelompok lain,” ujarnya.
Pada penutupan sambutannya Akmal menyampaikan tujuan hadirnya Pusat Studi Agama yang dilaunching langsung oleh Prof Haedar Nashir.
“Keberadaan Pusat Studi Agama harapannya mampu menjadi wadah inkubasi bagi para intelektual-ulama ataupun ulama-intelektual publik,” ujarnya.
Perwakilan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY Untung Cahyono membuka kegiatan Sekolah Da’i. Dalam sambutannya, Untung menyebutkan bahwa untuk mencetak muballigh tidak cukup hanya dengan tiga hari.
"Untuk mencetak muballigh tidak cukup dengan 3 hari, maka dari itu setelah dari Sekolah Da'i ini, kajian keislaman dan ke keda’ian masih terus dilakukan dan dilaksanakan untuk mencetak para da'i," ujarnya.
Setelah dibuka, acara dilanjutkan dengan kuliah umum dengan menghadirkan Prof Abdul Mu’ti sebagai pemateri. Dalam materinya Abdul mu’ti menyebutkan seorang da’i harus memiliki tampilan yang menarik dalam berdakwah.
“Da’i merupakan seseorang yang berpenampilan menarik dan serba bisa dengan konsep dan kerangka keilmuan,” ujarnya
Prof Abdul Mu’ti juga menjelaskan pada saat ini dakwah kita hanya sekedar verbalistis dan ritualistik yang sering kali menakut-nakuti sehingga membuat umat tidak percaya diri.
“Dakwah tidak hanya sekedar menawarkan sesuatu dengan sifat verbalistis tapi lebih dari itu. Maka dakwah harus membuat umat percaya diri bukan menakut-nakuti dengan nilai agama seperti yang sering kali kita lakukan dan sering kali menyalahkan orang lain atas tidak peercaya dirinya kita,” lanjutnya.
Pada akhir materinya, Prof Abdul Mu’ti mengatakan berdakwah itu bagaimana kita melihat masa depan dengan landasan nilai agama.
“Berdakwah itu bagaimana kita melihat masa depan dengan nilai agama, selain itu berdakwah itu menghadirkan agama Islam secara komprehensif dan mentransformasikan nilai-nilai Islam dengan bahasa universal,” katanya.