Dengan bantuan putri sulungnya yang tinggal di ibu kota yang sedang kuliah di sana, Kadoshima mengadakan pembicaraan dengan pemasok barang halal. Ada pertanyaan tentang berapa banyak yang akan dijual dan berapa banyak makanan yang harus diamankan sebagai langkah pertama. Yang paling serius adalah apakah kantor pusat Lawson Inc. akan memberikan lampu hijau untuk rencana tersebut.

Meskipun Kadoshima "prihatin" tentang masalah ini, seorang pejabat di kantor utama perusahaan yang dia hubungi mengatakan kepadanya bahwa dia harus mengambil risiko. Itu memberikan dorongan yang membesarkan hati kepada manajer toko.

Ternyata tanggapan pelanggan jauh lebih antusias dari yang diharapkan. Seorang pembelanja menyebut apa yang dia mulai tawarkan fantastis, sementara yang lain menyatakan terima kasih kepada Kadoshima karena membantu mereka.

Mendengar kata-kata penghargaan dari umat Islam itu, Kadoshima merasa puas dengan hasil usahanya. “Adanya toko serba ada dianggap biasa saja. Kami jarang menerima ucapan terima kasih dari pelanggan hanya dengan menyiapkan produk tertentu. Saya senang dengan apa yang kami capai,"ujarnya.

Bekerja dengan Akram memungkinkan Kadoshima belajar membedakan antara barang-barang yang diizinkan untuk Muslim dan yang dilarang. Beberapa gelatin dan pengemulsi, misalnya, datang dengan bahan yang berasal dari babi.

Detail tidak diketahui untuk beberapa produk, tetapi Kadoshima selalu berhati-hati untuk membagikan semua spesifikasi barang tersebut, termasuk fakta bahwa informasi nutrisinya tidak jelas, kepada pelanggan. Upaya tersebut muncul dari filosofinya menghargai interaksi dengan pelanggan.

https://www.asahi.com/ajw/articles/14652765

Ikuti Whatsapp Channel Republika