Sabtu 09 Jul 2022 06:15 WIB

Masjid Satelit Muslim Indonesia di Negeri Sakura (Bagian 2)

Muslim Indonesia di Jepang menjaga asa membangun masjid permanen di Negeri Sakura.

Suasana sholat berjamaah di Masjid As-Sholihin, Yokohama, Kanagawa, Jepang. Masjid satelit ini dikelola Muslim dari Indonesia. Masjid Satelit Muslim Indonesia di Negeri Sakura (Bagian 2)
Foto: Dok. Pribadi/Asep Wijaya
Suasana sholat berjamaah di Masjid As-Sholihin, Yokohama, Kanagawa, Jepang. Masjid satelit ini dikelola Muslim dari Indonesia. Masjid Satelit Muslim Indonesia di Negeri Sakura (Bagian 2)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asep Wijaya, Jurnalis cum penulis yang bermukim di Jepang

Bermula dari aktivitas keislaman di tempat sewaan berlabel masjid satelit, muslim Indonesia di Jepang menjaga asa membangun masjid permanen di Negeri Sakura.

Baca Juga

Masjid satelit di Yokohama

Di Yokohama, Kanagawa, masjid satelit yang serupa juga berdiri. Namanya Masjid As-Sholihin. Kalau dilihat dari riwayat pembentukannya, masjid satelit tersebut beroperasi lebih dulu dari masjid satelit yang dikelola Ruumu Ichi di Matsudo, Chiba. Bahkan, Masjid As-Sholihin tidak hanya menyelenggarakan salat id dan salat Jumat berjemaah, tetapi juga rutin mengadakan salat isya berjemaah.

Ketua Dewan Kesejahteraan Masjid As-Sholihin, Arief Junaidi, menyebut, pendirian masjid satelit itu bermula dari pengajian dari rumah ke rumah yang tiap pekan diadakan warga muslim Indonesia di Kirigaoka, Yokohama. Usai berjalan selama empat tahun, aktivitas itu dikembangkan dengan membentuk komunitas pengajian Tadarus Traveller Japan yang anggotanya berkeliling ke sejumlah masjid untuk belajar Al-Qur'an.

Aktivitas yang berlangsung konsisten itu, ucap Arief, rupanya menjaring banyak warga muslim Indonesia lain. Lalu, dia dan beberapa temannya menginisiasi pendirian masjid yang dimulai dari aktivitas keislaman dan membuat masjid satelit. Pada medio 2021, terbentuklah Masjid As-Sholihin yang menyelenggarakan salat id, salat isya, dan salat Jumat berjemaah.

Masjid satelit itu berlokasi di aula apartemen Kirigaoka Green Town. Tempat tersebut, ungkap pria yang sudah 10 tahun lebih tinggal di Jepang itu, dipilih karena sebagian besar anggota jemaah tinggal di sekitar hunian vertikal tersebut. Aula itu disewa tiap hari seharga ¥350 yen atau Rp40 ribu per jam. Biasanya, sewa itu dibayar sukarela oleh anggota jemaah Masjid As-Sholihin meski sebenarnya mereka memiliki dana kas masjid.

Lebih lanjut, Arief menyatakan, agar rencana pembangunan masjid itu tidak berhenti pada wacana, pengurus membuat badan hukum untuk mengadakan pengumpulan dana yang legal. Aktivitas teyan itu ditujukan untuk mendirikan masjid permanen yang dikelola oleh muslim Indonesia di Yokohama. Dalam perkumpulan berbadan hukum tersebut, Arief menjadi salah satu direkturnya.

"Kami berharap, semoga warga muslim di tanah air dapat turut berkontribusi dalam upaya kami membangun masjid di Jepang. Kini, sambil terus menggalang dana dan dukungan dari masyarakat muslim di Jepang dan Indonesia, kami terus menjalankan dan mengembangkan aktivitas kemasjidan di Masjid As-Sholihin," ungkap Arief saat diwawancarai via Zoom, Jumat (2/7/2022).

Selain dihadiri oleh warga muslim asal Indonesia, ujar Arief, Masjid As-Sholihin juga kerap kedatangan muslim asal Srilanka dan Jepang. Mereka mengaku senang dengan kehadiran masjid itu. Sebab, dengan berdirinya Masjid As-Sholihin, mereka tidak perlu lagi menempuh jarak yang relatif jauh ke masjid yang berada di pusat kota.

photo
Sholat Jumat di Masjid As-Sholihin, Yokohama, Kanagawa, Jepang. Masjid satelit ini dikelola Muslim dari Indonesia. - (Dok. Pribadi/Asep Wijaya)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement