REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Qanaah merupakan salah satu sikap mulia yang patut dilakukan hamba Muslim. Sikap ini menjadikan seseorang tidak akan tergerus ambisi duniawi yang melenakan. Lantas, apa itu sebenarnya sifat qanaah?
Syekh Aidh Al-Qarni dalam kitab La Tahzan menjelaskan, perasaan qanaah yakni merupakan perasaan puas terhadap pemberian Allah. Dia merupakan sebuah kekayaan yang agung.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, tentang wasiat-wasiat Rasulullah SAW, salah satunya adalah sebagai berikut:
وَارْضَ بِما قَسَمَ الله لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النّاسِ "Terimalah dengan penuh kerelaan apa yang Allah bagikan kepadamu, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling kaya." (HR Tirmidzi).
Maksudnya, menurut Syekh Aidh, seorang hamba Allah SWT patut menerima keluarga, pendapatan, kendaraan, anak-anak, dan tugas-tugasnya dengan penuh kerelaan maka niscaya dia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan.
Sifat qanaah dapat melahirkan ketenangan bagi si empunya. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa hakikat kekayaan yang sesungguhnya bukan harta melainkan kekayaan hati.
الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ "Kekayaan yang sesungguhnya adalah kaya hati."
Oleh karena itu, kekayaan yang sesungguhnya bukanlah karena banyaknya dia memiliki properti, harta dan kedudukan, melainkan karena ketengan jiwa dan keridhaannya menerima apa yang diberikan Allah SWT. Dalam sebuah hadits riwayat Saad bin Abi Waqash RA, Rasulullah SAW bersabda:
إن الله يحب العبد التَّقِيَّ, الغَنِيَّ, الخَفِيَّ "Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang kaya, yang bertakwa, dan yang menyembunyikan ketakwaannya."
Syekh Aidh menceritakan pengalamannya saat menaiki sebuah mobil dari bandara menuju sebuah kota dengan ditemani seorang sopir.
Dia memperhatikan bahwa sopir itu sangat ceria. Sopir itu senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah SWT, padahal dia memiliki dua orang istri dan lebih dari 10 anak sementara penghasilannya per bulan hanya 800 riyal Saudi. Sopir itu hanya memiliki kamar-kamar kuno yang didiaminya bersama keluarga.
Namun demikian karena dia sangat menikmati kedamaian itu, dia rela dengan apa yang Allah SWT karuniakan kepadanya.
Itulah sifat qanaah bersemayam padanya, menerima dan puas dengan apa yang Allah SWT berikan apapun bentuknya.
Sambil terus berikhtiar mencari perbaikan nasib, seorang Muslim seharusnya senantiasa memupuk semangat qanaah agar dapat bersemayam di dalam jiwa.