REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para santri Pesantren Bina Insan Mulia 1 dan Bina Mulia 2 yang telah berhasil mengikuti program Tahfidz BimaQu diwisuda di The Luxton Cirebon Hotel & Convention dan Aston Cirebon Hotel & Convention Center. Acara berlangsung dari pukul 8.00 pagi sampai 22.00 malam hari pada Sabtu 18 Juni hingga Minggu 19 Juni 2022.
Jumlah santri yang mengikuti program Tahfidz BimaQu pada semester ini sebanyak 932 santri. Dari jumlah tersebut, total santri yang bisa selesai hafalan sampai 30 juz sebanyak 20 persen, yang hafal di atas 15 juz sebanyak 30 persen, dan 50 persen santri berhasil mencapai target yang variatif dengan pencapaian minimum 5 juz.
Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia 1 dan Bina Insan Mulia 2, KH. Imam Jazuli, Lc, MA, dalam sambutannya menjelaskan bahwa program Tahfidz BimaQu adalah hasil inovasi radikal dari penerapan program tahfidz yang jamak diterapkan di pesantren-pesantren pada umumnya.
Umumnya, untuk menyelesaikan hafalan sampai 30 juz, seorang santri membutuhkan waktu rata-rata 3 tahun. Jika dihitung biayanya, jumlahnya bisa mencapai di atas Rp20juta.
Tapi dengan Tahfidz BimaQu, para santri tidak perlu menambah biaya tambahan dan waktunya lebih cepat. Di sampaing itu, pra santri tetap mendapatkan pelajaran sekolah, terutama pelajaran eksakta dan bahasa.
Dengan menerapkan program Tahfidz BimaQu, waktu yang dibutuhkan hanya 4 bulan. Setelah itu, santri memasuki program baru, antara lain Figh Bimaku, program bahasa sesuai tujuan, dan seterusnya. Selama dua tahun diterapkan, program ini telah menghasilkan ratusan hafidz dan hafidzah.
Dan Pesantren Bina Insan Mulia menjadi pesantren yang terbanyak menerima beasiswa program Sadesa (satu desa satu penghafal al-Quran) dari Provinsi Bandung. Artinya, sistem yang diterapkan di Pesantren Bina Insan Mulia telah teruji oleh pihak eksternal.
Di samping itu, Pesantren Bina Insan Mulia menjadi pesantren yang paling banyak mengirim alumninya ke sejumlah kampus di Timur Tengah dan kampus-kampus dalam negeri yang mensyaratkan hafalan al-Quran dan bahasa Arab.
Atas perjuangan para santri dalam menyelesaikan program tersebut, maka wisuda menjadi ajang apresiasi bagi pencapaian mereka. Pada kegiatan wisuda ini, Pesantren Bina Insan Mulia mengundang seluruh wali santri sehingga total yang hadir tak kurang dari 3 ribu orang.
Kepada seluruh wali santri yang hadir, KH. Imam Jazuli, Lc, MA berpesan bahwa Pesantren Bina Insan Mulia akan terus melakukan perubahan sebagai respon terhadap tuntutan perubahan di luar. “Strategi, metode pembelajaran, fasilitas pendidikan, dan sistem, boleh berubah bahkan harus berubah, tetapi pendidikan akhlak dan tirakat adalah prinsip yang tidak bisa berubah bagi pesantren,“ tegas Kiai Imam Jazuli di hadapan ribuan wali santri.
Dari respon tersebut lahirkan pembelajaran berbasis program untuk beberapa materi inti. Atas keberhasilan Pesantren Bina Insan Mulia dalam mempelopori penerapan pembelasan berbasis program, maka banyak kalangan yang menyebut Pesantren Bina Insan Mulia sebagai pesantren program.
Selain mewisuda para santri, Kiai Imam Jazuli juga memberikan apresiasi kepada asatidz dan para pembimbing. Kepada Ustadz Hasyim Asy’ari, S.Pdi selaku Direktur Program Tahfidz, Kiai Imam Jazuli menghadiakan apresiasai jalan-jalanke Turki.
Dari praktik 2 tahun ini, menurut Ustadz Hasyim, keberhasilan program Tahfidz adalah penerapan metode pembelajaran 4 M (Membaca, Mengulang, Menghafal, dan Menyetorkan), karantina, pendampingan para pembimbing, waktu yang intensif, dan al-Quran yang dicetak sendiri untuk kepentingan program.
Tak terkecuali kepada wali santri yang putra-putrinya berhasil menyelesaikan 30 juz. Kiai Imam Jazuli menghadiahkan kepada20keluarga wali santri untuk menginap di The Luxton Cirebon Hotel & Convention selama satu malam.
Selain itu, seluruh wali santri yang hadir juga diberi buku Without the Box Thinking, Terobosan Pesantren Memimpin Perubahan(Bima Pustaka: 2022) yang merupakan karya terbaru dari KH. Imam Jazuli, Lc. MA. “Buku tersebut harus dibaca. Bagi yang tidak membaca, hukumnya dosa,” tegas Pak Kiai sambil bercanda di hadapan wali santri.