Kamis 23 Jun 2022 01:05 WIB

Fatima Hamed Hossain dan Tekad Perangi Islamofobia di Ceuta, Spanyol

Ia simbol nasional untuk perang melawan ujaran kebencian terhadap Islam dan ketidakse

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ani Nursalikah
Fatima Hamed Hossain, Muslimah asal Ceuta, Spanyol. Ia memerangi islamofobia di Spanyol. Fatima Hamed Hossain dan Tekad Perangi Islamofobia di Ceuta, Spanyol
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, CEUTA -- Seorang Muslimah berjuang melawan kebencian terhadap Islam di jalan utama kota Ceuta. Kota ini merupakan daerah otonomi Spanyol di Utara Afrika, seberang Selat Gibraltar berpenduduk 85 ribu orang dan berbatasan dengan Maroko.

Nama Muslimah tersebut adalah Fatima Hamed Hossain. Ia selalu menyapa setiap orang yang melintasi jalan kota ini dengan senyuman dan salam dalam bahasa Spanyol. Fatima merupakan Muslimah Spanyol yang lancar berbahasa Spanyol serta campuran Arab-Maroko dengan dialek Darija.

Baca Juga

Fatima adalah sosok yang karismatik, mandiri, dan dari keluarga yang sederhana. Keterusterangan Fatima Hossain melawan kelompok sayap kanan yang rasis telah mengubahnya menjadi simbol nasional untuk perang melawan ujaran kebencian terhadap Islam dan ketidaksetaraan.

Ia pertama kali memasuki kancah politik di Kota Ceuta pada 2007. Upaya ini sebagai bagian dari Koalisi Caballas, sebuah organisasi regionalis sayap kiri. Fatima Hossain kemudian maju untuk membentuk partainya sendiri, Gerakan untuk Martabat dan Kewarganegaraan di Ceuta (MDyC).

Salah satu kesempatan adalah ketika ia berdiri menantang organisasi sayap kanan. Itu adalah salah satu yang paling berkesan datang selama sesi pleno pada musim panas 2020. Kesempatan itu ia tunjukkan untuk memberi tanggapan terhadap partai sayap kanan Vox dan sikap garis kerasnya yang anti-Islam di kota yang 43 persen penduduknya adalah Muslim.

"Anda tidak dapat mengukur seberapa Spanyol saya dengan nama keluarga saya atau bagaimana saya berpakaian. Anda tidak bisa mengatakan Muslim, Yahudi, atau Hindu bukan bagian dari masyarakat ini," katanya dalam pidatonya. 

Hossain lahir pada 1978 di Los Rosales, salah satu pinggiran kota termiskin di Ceuta. Sebagai anak tunggal dari orang tua Maroko, Hossain mengatakan keluarganya jauh dari hingar-bingar politik. Dia hanya ingat melihat ayahnya bekerja sepanjang waktu, memuat angkutan truk untuk menafkahi keluarga.

"Saya tidak pernah mendengar orang berbicara tentang politik. Saya kira sebagai keluarga imigran, satu-satunya fokus adalah untuk maju," kata Hossain kepada Middle East Eye sambil minum teh khas Moor di jalan utama Ceuta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement