REPUBLIKA.CO.ID, AL AWEER -- Setiap minggu, seorang narapidana berusia 45 tahun, bangun pagi-pagi untuk pergi ke pusat perawatan anak di Penjara Pusat Dubai. Mengenakan seragam merah marun dan jilbab, dia bergegas mengucapkan selamat tinggal kepada anak-anaknya sebelum mereka naik bus sekolah.

Ketika dia dipenjara pada September 2014, putranya baru berusia satu tahun dan putrinya dua tahun. “Saya hanya mengajukan satu permintaan kepada polisi: membiarkan saya menjaga anak-anak saya. Saya tidak punya pilihan karena saya tidak punya keluarga di sini," katanya.

Sekarang, delapan tahun kemudian, anak-anaknya terdaftar di sekolah di Dubai. Dia dengan bangga menunjukkan sertifikat akademik mereka.

Staf The National mengunjungi Penjara Pusat Dubai di Al Aweer, yang menampung lebih dari 300 wanita dan 29 anak-anak. Para ibu yang dipenjara diberi kesempatan untuk melihat, membesarkan, dan mendidik anak-anaknya selama mereka menjalani hukuman penjara.

Semua wanita mengenakan seragam merah marun yang sama dan dikategorikan berdasarkan warna garis-garis di pakaian mereka merah, kuning, biru atau hijau. Orang-orang dengan warna merah melakukan pelanggaran yang lebih serius dan orang-orang dengan warna hijau menjalani hukuman yang lebih pendek.

Ikuti Whatsapp Channel Republika