REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Raja Yordania Abdullah dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden sepakat bahwa konfrontasi berulang di situs-situs suci Muslim di Yerusalem perlu dicegah. Konfrontasi berulang ini telah memunculkan kekhawatiran akan timbulnya konflik yang lebih luas lagi.
"Baik Yang Mulia maupun Presiden Biden menekankan pentingnya koordinasi yang terus berlanjut dan pentingnya upaya pada semua level untuk mencegah serangan berulang ke kota Yerusalem dan situs-situs sucinya, serta warganya," jelas kantor berita Yordania, seperti dilansir GulfToday.
Percakapan antara Raja Abdullah dengan Biden terjadi melalui sambungan telepon. Dalam percakapan ini, Raja Abdullah juga mengatakan bahwa fondasi perdamaian untuk konflik ini adalah penyelesaian komprehensif yang dilandaskan pada solusi dua negara, di mana Palestina akan muncul bersamaan dengan Israel.
"(Serangan berulang) bisa menggagalkan peluang tercapainya kedamaian dan justru mendorong lebih banyak ketegangan," jelas kantor berita Yordania.
Dinasti Hashemite Raja Abdullah merupakan penjaga situs Musim dan Kristen di Kota Lama Yerusalem. Belum lama ini, Raja Abdullah telah mempelopori serangan diplomatik untuk menekan Israel yang menurutnya telah melakukan eskalasi serangan di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Dalam pertemuan pada Kamis kemarin di Amman, Yordania dan negara-negara Arab lain menilai Israel telah Yordania dan negara-negara Arab lain menilai Israel membatasi hak-hak beribadah umat Islam. Namun di saat yang sama memberikan izin kepada orang-orang Yahudi ultra-nasionalis untuk masuk ke kompleks masjid Al-Aqsa di bawah perlindungan polisi.
Di tahun-tahun sebelumnya, Israel menghentikan kunjungan orang-orang Yahudi selama penghujung Ramadhan. Konflik yang terjadi bertepatan dengan Ramadhan dan peringatan Paskah saat ini telah meningkatkan gairah keagamaan di tengah munculnya kekhawatiran internasional mengenai potensi konflik Palestina-Israel yang lebih luas.
Sumber:
https://www.gulftoday.ae/news/2022/04/25/jordan-king-agreed-with-biden-on-need-to-defuse-jerusalem-tension