Kamis 21 Apr 2022 22:05 WIB

Antara Kartini dan Kiai Soleh Darat, Relasi Kuat Guru dan Murid?

Kartini mendorong Kiai Sholeh Darat untuk cetuskan tafsir bahasa Jawa

Museum RA Kartini di jalan Alun-alun Kota Jepara, Jawa Tengah (Ilustrasi). Kartini mendorong Kiai Sholeh Darat untuk cetuskan tafsir bahasa Jawa
Foto:

Oleh : Saiful Umam, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menulis disertasi tentang Kitab-kitab Pegon   

Dengan demikian, orang Jawa yang mengenal huruf Arab secara teoritis bisa membaca kitab-kitab tersebut. Pengecualian terjadi pada tafsir Faydlurrahman. Kitab ini satu-satunya karangan Kiai Soleh yang tidak dilengkapi dengan harakat. Tentu saja lebih sulit membaca dan memahami kitab tafsir ini dibandingkan dengan kitab-kitab lain karangan Kiai Soleh.

Saya memahami bahwa tanpa harakat tersebut disengaja dengan maksud tertentu. Karena ia tafsir isyari, yang menjelaskan makna-makna tersirat Alquran, Kiai Soleh sangat mungkin meniatkan tafsir ini dibaca oleh orang-orang Jawa yang sudah cukup ilmu agamanya. Jadi sulit membayangkan bahwa Kiai Soleh memberikan tafsir ini kepada Kartini yang baru intens belajar agama sebelum perkawinannya. 

Pendapat yang mengatakan bahwa Kiai Soleh terinpirasi oleh permintaan Kartini ketika beliau kemudian menulis tafsir Faydlurrahman, menurut sy juga menyesatkan. Berdasarkan catatan yang ada pada tafsir tersebut, jilid pertama dicetak di Singapura pada 1894 dan jilid dua, 1895. 

Kiai Soleh sendiri selesai menulis kedua tafsir tersebut masing-masing pada Juli 1893 dan Agustus 1894. Ini artinya, kitab tersebut sudah ditulis Kiai Soleh jauh sebelum Kartini menunjukkan perubahan pandangan keagamaannya yang tercatat dalam surat-suratnya mulai pada pertengahan 1902. Dengan demikian sangat tidak relevan mengaitkan keduanya.

Selain itu, menyebut Kartini sebagai inspirator di balik penulisan tafsir itu justru akan merendahkan niat mulia Kiai Soleh dan glorifikasi Kartini yang berlebihan. Di hampir semua kitabnya, Kiai Soleh selalu menjelaskan alasan utama beliau menulis kitab dalam Pegon, yakni agar orang-orang Jawa yang tidak faham bahasa Arab dapat belajar dan mengetahui Islam dengan lebih benar. 

Tujuannya bukan hanya melayani sekelompok orang, apalagi individu, tapi jauh lebih luas dari itu, yakni Muslim Jawa secara umum. Perlu juga diingat bahwa pada masa itu Kartini adalah gadis belia Jawa meski ia sangat cerdas. 

Kartini belum menjadi tokoh seperti saat ini kita fahami. Kartini menjadi terkenal setelah surat-suratnya kepada sahabat penanya diterbitkan, 8 tahun setelah dia meninggal dunia. Dengan kata lain, pada masa itu Kartini bukan tokoh influential yang pendapatnya langsung bergema.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement