Kamis 21 Apr 2022 22:05 WIB

Antara Kartini dan Kiai Soleh Darat, Relasi Kuat Guru dan Murid?

Kartini mendorong Kiai Sholeh Darat untuk cetuskan tafsir bahasa Jawa

Museum RA Kartini di jalan Alun-alun Kota Jepara, Jawa Tengah (Ilustrasi). Kartini mendorong Kiai Sholeh Darat untuk cetuskan tafsir bahasa Jawa
Foto:

Oleh : Saiful Umam, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menulis disertasi tentang Kitab-kitab Pegon   

Buku atau kitab yang ditulis dengan huruf Arab yg diserahkan ke Kartini sudah pasti bukan berbahasa Arab. Kartini adalah gadis Jawa yang tidak pernah belajar bahasa Arab, sehingga tidak relevan memberinya kitab-kitab berbahasa Arab.

Yang sangat mungkin adalah buku berbahasa Jawa tapi ditulis dengan huruf Arab yang kemudian dikenal dengan Kitab Pegon. Pada saat itu Pegon sudah banyak digunakan kalangan pesantren, khususnya dalam memaknai kitab-kitab berbahasa Arab. 

Namun tidak banyak yang menulis karyanya dalam Pegon, seperti yang dilakukan Kiai Soleh Darat. Jika kita merujuk pada tulisan Proudfoot (1993, 1994), kitab-kitab berbahasa Jawa yang dicetak di Singapura pada akhir abad 19 dan awal abad 20, adalah karya-karya Kiai Soleh Darat.

Dari penjelasan tersebut di atas, masih belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa Kartini belajar langsung dengan Kiai Soleh. Yang sangat mungkin terjadi adalah Kartini mempelajari kitab-kitab karangan Kiai Soleh dengan bimbingan seorang perempuan tua.

Lalu siapa perempuan tua yang dimaksud Kartini itu? Agak sulit untuk memastikan siapa yang dimaksud Kartini itu. Namun di beberapa surat lainnya, ada indikasi bahwa kata tersebut merujuk pada ibu kandungnya.  

Tafsir Faydlurrahman

Faydlurrahman adalah tafsir dalam bahasa Jawa, ditulis dengan aksara Pegon. Sejauh ini diketahui ada dua jilid. Jilid pertama berisi surat al-Fatihah dan al-Baqarah, sedang jilid kedua memuat surat Ali-Imran dan al-Nisa.

Keduanya dicetak dan diedarkan oleh percetakan Haji Muhammad Amin Singapura pada 1894 dan 1895. Seperti dijelaskan di pendahuluan oleh Kiai Soleh Darat, tafsir ini adalah tafsir isyari, atau tafsir yang menjelaskan makna-makna isoteris selain makna tersurat dari ayat-ayat Alquran. 

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa tafsir tersebut diberikan Kiai Soleh Darat kepada Kartini sebagai hadiah perkawinan. Karya ini juga dianggap telah mengilhami puisi Kartini yang termuat dalam suratnya tanggal 15 Agustus ke EC Abendanon (Door nacht tot licht; Door storm tot rust; Door strijd tot eer; Door leed tot lust), yang kemudian dijadikan judul buku, Door Duisternich to Licht. Bahkan belakangan ada yang mengatakan bahwa ide menulis tafsir tersebut datang dari Kartini.

Cerita-cerita ini menurut saya terlalu jauh dalam menafsirkan hubungan Kartini dan Kiai Soleh. Bahkan dapat dimaknai sebagai glorifikasi Kartini dan mengecilkan tujuan penting Kiai Soleh dalam menulis kitab-kitab Pegon. Selain itu juga tidak didukung dengan sumber-sumber sejarah yang kuat. 

Kiai Soleh telah menulis tak kurang dari 12 kitab Pegon. Kitab-kitab tersebut membahas berbagai cabang ilmu, seperti tauhid, fiqh, dan Alquran, dan tasawuf. Yang menarik untuk dicatat bahwa semua kitab-kitabnya dalam bentuk tercetak, selalu dilengkapi dengan harakat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement