Muhammadiyah Harus Mampu Sikapi Perkembangan Religiusitas Masyarakat
LEBANON, Suara Muhammadiyah – Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari dalam Pengajian Ramadhan 1443 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah (06/04) menerangkan bahwa sejak 2007 terdapat kecenderungan adanya penurunan tingkat religiusitas global setelah sebelumnya, sejak 1981 hingga 2027 mengalami kenaikan. Menurut survey yang dilakukan, penurunan religiusitas juga terjadi secara khusus di wilayah Timur Tengah seiring dengan adanya kenaikan sekularisme di wilayah tersebut.
Terdapat sejumlah penyebab yang diidentifikasi telah menyebabkan penurunan religiusitas tersebut. Di antaranya berkembangnya tingkat kemakmuran dan ilmu pengetahuan, pemerintahan yang bersih, kepercayaan interpersonal dan hidup yang bermakna yang diperoleh dari sumber non agama. Pergeseran ke pro individual choice di mana kemakmuran ekonomi lebih cocok dengan kultur tersebut.
“Selain itu, semakin beragamnya aliran agama, gerakan agama, kelompok kepercayaan dan lainnya yang di masa yang akan mendatang akan semakin banyak jumlahnya.”
Meskipun demikian, Duta Besar Indonesia untuk Lebanon tersebut mengatakan bahwa berbagai penelitian yang dihimpun terkait dengan religiusitas, agama dan kebahagiaan masih menyatakan bahwa mereka yang beragama baik di negara miskin ataupun makmur menyatakan dirinya lebih bahagia. Indonesia dalam peta tingkat religiusitas dunia sendiri menempati posisi di luar 5 besar yaitu kurang lebih 82%.
“Mereka yang beragama di negara makmur ataupun miskin ternyata lebih bahagia, kesimpulan ini sangat menarik,” jelas Hajriyanto.
Menyikapi trend tersebut, Muhammadiyah sebagai gerakan keagamaan Islam di Indonesia yang sangat fokus terhadap masyarakat sebagai struktur maupun individu harus tetap mampu menghadapi setiap perkembangan religiusitas masyarakat. Selain itu, Muhammadiyah diharapkan tetap mampu menyikapi dan merespons berbagai isu dalam konstruksi agama.
“Muhammadiyah sangat mementingkan religiusitas. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah menyebutkan bahwa ‘Maka dengan Muhammadiyah ini mudah-mudahan umat Islam dapat diantarkan ke pintu gerbang surga Jannatunnaim’.”
Religiusitas yang ingin dibangun oleh Muhammadiyah sendiri menurut Hajriyanto lebih dekat dengan apa yang disebut sebagai ‘religious experience’. Bentuk religiusitas ini adalah yang diharapkan dapat diekspresikan oleh umat Islam dalam tiga bentuk: devotional atau ibadah, pemikiran dan karya.
“Pemikirannya harus menjadi ekspresi dari keyakinan keagamaan. Bukan hanya ketika beribadah saja namun ketika berpikir juga harus religius.” (Th)