REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Istiqlal telah melalui proses peremajaan ramah lingkungan yang terbukti menurunkan jejak karbon secara signifikan. Masjid Istiqlal juga menjadi tempat ibadah pertama di dunia yang mendapatkan sertifikat final dari sistem Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE).
Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI), Green Building Council (GBC) Indonesia, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bermitra dengan International Finance Corporation (IFC) anggota Kelompok Bank Dunia. Mereka bekerjasama untuk merenovasi beberapa bagian dari Masjid Istiqlal dengan menambahkan fitur ramah lingkungan yang akan meningkatkan efisiensi air dan energi dari bangunan ikonik tersebut.
Pekerjaan yang dilakukan di Masjid Istiqlal ini tidak hanya dilihat sebagai respon terhadap upaya memerangi perubahan iklim, tetapi juga sebagai contoh yang akan mendorong penerapan praktik desain bangunan hijau di Indonesia dan di tempat lain.
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, mengatakan, penting bagi umat Islam untuk mewujudkan masjid hijau yang ramah lingkungan untuk meningkatkan kualitas ibadah serta menghormati kepemimpinan Rasulullah SAW yang sangat peduli terhadap alam. Oleh sebab itu, pembangunan kembali dan merevitalisasi peran masjid sebagai pusat pencerahan pelestarian lingkungan menjadi salah satu prioritas.
"Kami merasa sangat terhormat dapat menjadi masjid pertama di dunia yang mendapatkan sertifikasi Final EDGE," kata Kiai Nasaruddin melalui pesan tertulis usai acara seremonial serah terima sertifikat EDGE Masjid Istiqlal di Masjid Istiqlal, Rabu (6/4/2022).
Imam Besar Masjid Istiqlal mengatakan, Pencapaian yang luar biasa ini merupakan bukti nyata dari komitmen Masjid Istiqlal untuk mendukung kelestarian lingkungan baik di kawasan Masjid Istiqlal maupun di seluruh negeri.
Dengan menggunakan cat reflektif untuk atap dan dinding bagian luar, pencahayaan hemat energi di ruang internal dan eksternal, pengukur energi pintar (smart energy meters) dan panel surya yang akan mencakup lebih dari 13 persen konsumsi listrik, diharapkan Masjid Istiqlal akan mampu menghemat energi hingga 23 persen. Dengan penggunaan keran air beraliran rendah, pengolahan dan daur ulang air buangan serta langkah-langkah efisiensi lainnya, secara keseluruhan konsumsi air akan berkurang sebanyak 36 persen.
Di tempat yang sama, Country Manager IFC untuk Indonesia dan Timor-Leste, Azam Khan, mengatakan, proyek di Masjid Istiqlal ini merupakan contoh yang dapat dicapai apabila semua bekerja sama dalam upaya melawan krisis iklim. Sebagaimana diketahui krisis iklim menjadi salah satu tantangan terbesar saat ini.
"Perubahan iklim mengancam kehidupan dan mata pencaharian serta memperlambat kemajuan dari upaya pengentasan kemiskinan terutama di tengah meningkatnya intensitas bencana terkait iklim yang terjadi, termasuk di Indonesia," ujarnya.
Azam mengatakan, terdapat peluang untuk mengambil tindakan langsung, dan pembangunan kembali Masjid Istiqlal menunjukkan bahwa investasi dalam infrastruktur tahan iklim, termasuk bangunan hijau dapat membawa perubahan yang terukur.
Sebagaimana diketahui, Indonesia memiliki beberapa kota dengan pertumbuhan tercepat di Asia. Dengan populasi yang diperkirakan akan melampaui populasi Tokyo pada tahun 2030, Jakarta akan menjadi kota terbesar di dunia. Pada saat yang sama, urbanisasi dan pertumbuhan yang pesat membawa tantangan lingkungan yang besar. Hal ini semakin menggarisbawahi perlunya tindakan iklim yang ambisius.
Direktur Jenderal Cipta Karya dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Diana Kusumastuti, mengatakan, senang dapat menjadi bagian dari inisiatif perintis ini. Langkah-langkah yang diambil Masjid Istiqlal yang merupakan perwakilan dari tempat ibadah dan bangunan bersejarah, tidak hanya akan meningkatkan efisiensi energi tetapi juga akan menjadi bukti nyata bahwa bangunan hijau atau green building dapat diterapkan untuk semua jenis bangunan. Termasuk dapat diterapkan untuk bangunan baru dan bangunan yang telah lama berdiri.
"Mendorong pembangunan infrastruktur, permukiman, perumahan, dan bangunan yang ramah lingkungan sangat penting untuk membantu mewujudkan komitmen pemerintah dalam pengurangan emisi," ujar Diana.