Menurut Kementerian Luar Negeri Palestina, sekitar 4.000 warga Palestina tinggal di Ukraina. Sejak awal invasi, kementerian telah berusaha mengevakuasi hingga 3.000 dari mereka.
Bagi orang lain seperti Samar, situasinya tidak terlalu berbeda. Ibrahim Saidam adalah mahasiswa kedokteran di universitas Ukraina yang bernasib sama dengan Samar. Tetapi bagi Ibrahim, masalah menjadi lebih sulit karena dia menikah dengan seorang wanita Ukraina.
Ibrahim mengatakan beberapa hari pertama sangat sulit. Bagi istrinya Victoria, ini adalah pengalaman pertamanya berperang dan Ibrahim terus-menerus harus menghibur istrinya yang sedih.
"Saya telah hidup melalui perang di Jalur Gaza, jadi saya tahu apa yang harus dilakukan, tetapi kali ini lebih sulit untuk mendapatkan kebutuhan dasar seperti makanan dan minuman. Pengeboman sangat dekat dan kami memutuskan melarikan diri. Pada awalnya saya tidak tahu harus ke mana, tetapi akhirnya saya memutuskan kembali ke Gaza. Keluarga saya ada di sana,” kata Ibrahim.
Istri Ibrahim, Victoria, mengatakan selama perjalanan berbahaya keluar dari Ukraina, dia sangat takut. Terutama ketika dia mendengar suara ledakan yang begitu dekatnya. Tapi sekarang dia aman, dia punya waktu untuk merenung.
“Sekarang semua ini sudah berakhir, saya senang berada di Palestina. Tapi saya masih merindukan keluarga dan negara saya. Saya harap saya bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat mereka secepatnya,” kata Victoria.