Sabtu 26 Feb 2022 18:47 WIB

Tantangan Membina Mualaf di Daerah Pedalaman

Mualaf merupakan bagian dari asnaf yang butuh perhatian umat.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto:

Kisah seorang Mualaf penuntut ilmu

Di daerah pedalaman lainnya, Sariman tinggal bersama suku Akit. Suku yang terletak di Kecamatan Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, itu terasing dari kehidupan masyarakat sekitar. Sariman pun masih asing terhadap Islam. Terlebih, anak kedua dari tiga bersaudara ini memiliki latar

belakang agama non-Muslim. Hanya dia yang kemudian menjadi mualaf sehingga menjadi satu-satunya Muslim pada saat seluruh keluarganya masih non-Muslim.

Tak hanya soal agama, Sariman mengalami kesulitan untuk mengakses pendidikan. Dia harus menempuh jarak lima kilometer dengan berjalan kaki agar dapat mengenyam pendi dikan di SD Tebun, Kecamatan Rangsang, Ka bupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

Kondisi demikian tak pernah membuat Sari man patah arang. Dengan teguh, bersama anak Suku Akit yang lain, dia terus berjuang un tuk mengenyam pendidikan. Selain mela ku kan aktivitas bersekolah, Sariman kecil mengisi hari- harinya dengan belajar mengaji. Dengan mengikuti kegiatan pengajian, Sariman mendapatkan lebih banyak pembelajaran. Ini alasan yang membuatnya ikut bergabung, meski ketika itu dia belum mengucap syahadat.

Di Islam kita diberikan akses untuk belajar terus-menerus, meskipun dulu saya belum (mengucap) syahadat, namun saya tetap diberikan kesempatan untuk belajar, bahkan saya hafal bacaan shalat dan nama-nama nabi sebelum saya jadi mualaf, ujar dia mengenang.

Keinginan Sariman untuk terus belajar mengantarkannya ke Sekolah Cendekia Baznas. Dengan bantuan akses Baznas Kabu paten Meranti dan Baznas Provinsi Riau, Sariman berangkat sambil berniat mengubah wajah desa untuk dicerahkan.

 

Dengan giat belajar dan menghafal, hingga hari ini siswa kelas 10 di Sekolah Cendekia Baznas tersebut telah hafal 6 Juz serta 85 hadis pilihan. Sariman memiliki impian menjadi seorang guru agama serta wirausaha. Dia menegas kan, warga Suku Akit yang menjadi guru sangat langka. Fakta tersebut menjadikannya semangat berilmu.

"Pengusaha pun masih terbi lang jarang di suku yang mendiami pedalaman Riau tersebut. Saya harus mewujudkan itu, agar rantai keilmuan terus berjalan, saya ingin hadirkan cahaya hidayah untuk warga di sana, khususnya keluarga,"ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement